WASHINGTON (Arrahmah.com) – Salah seorang anggota Senat AS dari kubu Republik memperingatkan pada hari Selasa (7/2/2012) bahwa pendampingan AS terhadap Mesir bisa berakhir jika para aktivis pro-demokrasi yang merupakan warga negara Amerika dipenjara oleh rezim Kairo.
Kairo rencananya akan menyeret puluhan aktivis, termasuk di antaranya 10 warga Amerika, ke pengadilan, dan kasus mereka telah menyebabkan renggangnya hubungan AS-Mesir.
“Jika orang kami dipenjara, saya pikir akan ada serangan balasan yang tidak akan bisa anda duga-diga,” kata Senator Lindsey Graham pada wartawan.
Saat ditanya apakah itu berarti akan ada pemangkasan $ 1,3 miliar bantuan yang diberikan Washington pada sekutu Arabnya, Graham menjawab “Ya, saya pikir ini akan sangat beresiko.”
“Jika mereka tidak benar-benar merangkul organisasi internasional yang memberikan bantuan kepada rakyat Mesir untuk membantu mereka membentuk demokrasi baru, Kongres sangat sulit untuk mengabaikannya.”
Kantor-kantor LSM lokal dan internasional termasuk Freedom House dan International Republican Institute digerebek pada bulan Desember oleh pemerintah Mesir sebagai bagian dari penyelidikan atas dugaan dana ilegal.
Kemudian bulan lalu, Mesir melarang beberapa anggota AS dari LSM untuk meninggalkan negaranya, termasuk Sam LaHood, putra Menteri Transportasi AS, Ray LaHood.
Pejabat Amerika mengatakan “segelintir” dari aktivis pro-demokrasi kemudian berlindung di dalam kedutaan besar AS, karena takut ditangkap.
Sementara itu, senator dari kubu Demokrat, Ben Cardin, mengatakan pada Senin (6/2) bahwa Washington harus “mengevaluasi kembali” hubungan bilateral dengan Mesir. Ia pun menambahkan bahwa “tindakan Mesir menuntut para aktivis atas pemberian dana ilegal dari kelompok bantuan sangat tidak bisa diterima.” (althaf/arrahmah.com)