NAMATEMPAT (Arrahmah.com) – Mengutip ulasan MEMO pada Rabu (22/10/2014), negara besar Mesir telah menjadi negara mata-mata sejak resolusi yang dikeluarkan mendorong mahasiswa untuk memata-matai sesama teman mereka dan melaporkannya ke dinas keamanan hanya karena memiliki gagasan yang berlawanan dengan rezim Sisi.
Aktivitas memata-matai tersebut telah dilegalkan dengan dalih nasionalisme, dan mahasiswa ini digambarkan sebagai patriotik. Negara telah melucuti patriotisme mereka yang menentang pemerintah; diberikan label “pembangkang” hanya berdasarkan data dari informan dan mata-mata. Seorang wartawan yang berafiliasi dengan rezim Mubarak dan tentu saja kepada pemerintah yang setia kepada Mubarak, mengatakan bahwa pemerintah Al-Sisi, menyeru setiap warga negara diwajibkan untuk menjadi seorang informan.
Hal ini telah menjadikan Mesir murni sebagai “negara keamanan”, karena setiap warga negara harus membuktikan patriotisme mereka dengan standar negara, begitupula patriotisme didefinisikan oleh negara. Ini berarti bahwa warga negara harus melaporkan ayah, ibu, saudara, dan teman-teman jika mereka menentang otoritas saat ini, dan jika mereka menganggap itu sebagai sebuah pemerintahan kudeta fasis yang menggulingkan otoritas konstitusional yang sah dan mendirikan fondasinya di atas reruntuhan. Yang lebih buruk adalah bahwa ketua salah satu universitas Mesir mengeluarkan keputusan untuk memecat guru atau mengusir setiap mahasiswa yang berbicara menentang Al-Sisi; aturan telah dikeluarkan menetapkan hukuman orang berbicara menentang Al-Sisi.
Sementara itu, klausul dalam konstitusi 2012 yang melarang menghina Allah dan Nabi (saw) telah dihapus dari konstitusi dan tidak termasuk pada konstitusi pemerintah kudeta tahun 2013 itu. Hal ini tidak mengherankan karena mereka telah menempatkan Al-Sisi dalam posisi lebih tinggi dari Allah dan Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam, Allah dilarang [di Mesir]! Pada masa kudeta, semua norma, standar dan nilai-nilai diputar balik dan kudeta mengambil alih bahasa dan menetapkan doktrin sendiri. Herannya, para pendukungnya menerimanya dan berbicara atas namanya.
Para “pengadu” mahasiswa telah kembali; mahasiswa yang berprofesi sebagai mata-mata selama pemerintahan Abdel Nasser, kini akan melaporkan rekan-rekan mereka. Namun, Al-Sisi telah menghidupkan kembali mahasiswa ini sekali lagi dan membawa mata-mata sukarela untuk hidup di tengah masyarakat Mesir.
Mata-mata ini menulis laporan dan menyerahkan mereka ke pasukan keamanan dan diberi label oleh Al-Sisi sebagai warga negara terhormat. Dia telah menemukan cara bagi orang-orang Mesir untuk berbentrok di antara mereka sendiri dan menyebarkan kebencian dan kedengkian di antara orang Mesir. Inilah upaya baginya untuk mendirikan kekuasaannya dan duduk di singgasananya tanpa gangguan apapun; orang-orang bisa pergi ke neraka, dia tidak peduli selama dia terus tahtanya.
Ini adalah apa yang semua diktator tirani dan lalim lakukan agar tetap berkuasa. Sejarah penuh dengan tiran yang memberlakukan kekejian seperti menyiksa, menganiaya, menghina dan menindas rakyat mereka dan mereka semua berakhir di “daftar orang-orang bersalah”. (adibahasan/arrahmah.com)