MESIR (Arrahmah.com) – Pemerintah Mesir terus memblokir Rafah selama lima hari berturut-turut setelah serangan terbaru oleh para pejuang di gurun Sinai, sebagaimana dilansir oleh IMEMC, Selasa (28/10/2014).
Sebuah serangan mematikan terjadi di wilayah tersebut, pada Jum’at lalu (24/10), di mana sebanyak 33 tentara Mesir tewas, menyebabkan perbatasan akan ditutup dan menunda negosiasi gencatan senjata lebih lanjut antara delegasi “Israel” dan Palestina sampai pertengahan November.
Sejumlah warga Gaza yang terluka dalam serangan brutal “Israel” yang terjadi musim panas ini di wilayah tersebut, bersama dengan para mahasiswa dan warga Palestina lainnya di Mesir, memohon kepada pemerintah Mesir untuk membuka penyeberangan itu untuk mereka, yaitu bahwa mereka ingin bersatu kembali dengan keluarga mereka, PNN melaporkan.
Jamal Khudari, ketua Komite Rakyat Melawan Pengepungan dan mantan menteri telekomunikasi dan teknologi informasi, menuntut pembukaan semua perlintasan komersial untuk Gaza, agar bahan konstruksi dan perdagangan bisa memasuki daerah kantong pantai yang terkepung itu.
Khudari menambahkan bahwa penutupan persimpangan sangat membahayakan perekonomian warga Palestina, karena pendudukan “Israel” telah menutup penyeberangan Al-Mintar, Al-Shijaiyya dan Sooqa. Meskipun persimpangan parsial dibuka untuk lalu lintas barang dan manusia, ekspor dilarang dan impor dibatasi.
Dia menambahkan bahwa penutupan itu merupakan hukuman kolektif kepada dua juta orang yang tidak bersalah atas kasus serangan mematikan di Sinai, pengetatan blokade yang sudah melumpuhkan di Jalur Gaza.
Pembukaan penyeberangan hanyalah salah satu dari beberapa item pada daftar tuntutan yang disampaikan oleh Hamas, untuk mengamankan gencatan senjata yang langgeng dengan “Israel”. Tuntutan penting lainnya, seperti pembebasan tahanan Palestina dan pembangunan pelabuhan udara dan laut regional, masih harus dinegosiasikan.
(ameera/arrahmah.com)