MESIR (Arrahmah.com) – Kementerian Dalam Negeri Palestina di Jalur Gaza telah mengungkapkan pada Senin (17/11/2015) bahwa pemerintah Mesir menutup perbatasan Rafah selama 300 hari tahun ini, lansir MEMO.
Kementerian itu menambahkan bahwa, sejak awal tahun, Rafah memang mengizinkan dibukanya perbatasan untuk kasus tertentu di mana warga Palestina dengan alasan kondisi medis dan pemegang paspor asing diizinkan untuk menyeberangi perbatasan. Namun demikian, masih ada “25.000 kasus kemanusiaan” yang menunggu izin untuk melintasi perbatasan dari Mesir.
Kementerian itu memperbarui permintaan untuk pemerintah Mesir supaya memegang “tanggung jawab historis terhadap Jalur Gaza” mereka dengan membuka perbatasan Rafah sebagai hal yang mendesak. Mereka juga mengimbau kepada organisasi hak asasi manusia internasional untuk menekan pemerintah Mesir untuk membuka perlintasan itu untuk kasus-kasus kemanusiaan yang luar biasa.
Rafah menghubungkan Jalur Gaza dan Mesir. Perlintasan ini didedikasikan untuk persimpangan individu saja, bukan barang, dan itu adalah satu-satunya jendela untuk melihat dunia luar bagi 1,9 juta warga Gaza Palestina.
Pihak berwenang Mesir telah menutup perbatasan itu hampir sepenuhnya sejak Juli 2013. Keputusan untuk membuka atau menutup persimpangan, klaim Mesir, tergantung pada situasi keamanan di Semenanjung Sinai Utara.
(banan/arrahmah.com)