MESIR (Arrahmah.com) – Pengadilan Mesir pada Selasa (4/3/2014) telah melarang gerakan perlawnan Hamas dan memerintahkan penyitaan aset-asetnya, kata seorang sumber peradilan, seperti dilansir Ma’an.
Hamas mengecam langkah tersebut, dan menyebutnya sebagai langkah yang mendukung penjajahan “Israel”.
Para pejabat Mesir telah menuduh Hamas bersekongkol dengan presiden terguling Muhammad Mursi dan gerakan Ikhwanul Muslimin untuk melakukan “serangan teror” di negara itu.
Beberapa anggota Hamas yang telah terpilih, di antara sejumlah terdakwa, diadili dengan Mursi karena dituduh menyerang kantor polisi selama perlawanan tahun 2011 yang menggulingkan presiden diktator Husni “Mubarak”.
Dalam sidang spionase terpisah, Mursi dan 35 terdakwa lainnya dituduh bersekongkol dengan kekuatan asing, termasuk Hamas, untuk mengacaukan Mesir.
Hubungan antara Kairo dan Hamas, afiliasi Palestina Ikhwanul Muslimin, berkembang selama Mursi berkuasa, tetapi telah memburuk sejak kudeta militer pada 3 Juli tahun lalu yang menggulingkan Mursi.
Penguasa militer Kairo yang melengserkan Mursi marah setelah para petinggi Hamas secara terbuka mengkritik keputusan mereka untuk melarang Ikhwanul Muslimin, yang menjadi target kekerasan mematikan sejak penggulingan Mursi tersebut.
Amnesti International menyatakan lebih dari 1.400 orang telah tewas dalam bentrokan jalanan, sebagian besar merupakan pendukung Mursi yang menolak kudeta, sejak penggulingan Mursi.
Pejabat senior Hamas, Bassem Naim, mengatakan kepada AFP bahwa keputusan pengadilan adalah “upaya untuk menghalangi perlawanan, dan mendukung pendudukan ‘Israel'”
Tentara junta Mesir juga telah menghancurkan ratusan terowongan penyelundupan di bawah perbatasan dengan Gaza yang digunakan dan dibutuhkan warga Gaza, yang diblokade oleh penjajah “Israel”, untuk memasok bahan-bahan kebutuhan, termasuk bahan pangan, bahan bakar dan bahan bangunan.
Sementara itu, Hamas telah membantah tuduhan yang ditudingkan oleh pejabat Mesir bahwa mereka terlibat dalam pertempuran di Semenanjung Sinai, di mana serangan perlawanan “militan” terhadap pasukan junta Mesir telah melonjak sejak Juli tahun lalu. (banan/arrahmah.com)