ASWAN (Arrahmah.com) – Onislam.net menggambarkan sekilas memburuknya kondisi keamanan di Mesir. Sebuah pertempuran suku minoritas di kota selatan Aswan telah menyebabkan sedikitnya 23 tewas dan lebih dari 50 terluka dalam bentrokan selama dua hari.
“Ini bukan pertama kalinya Nubia menjadi sasaran pelecehan dan serangan tersebut dan polisi tidak pernah ada untuk melindungi kami,” ujar Ibrahim Abdeen, penduduk Nubian dan aktivis kepada Bloomberg News pada Sabtu (5/4/2014).
Perseteruan tragis meletus pada hari Jumat (4/4) antara Bani Hilal dan pihak Nubian Dabudiya karena siswa sekolah telah membuat grafiti yang menyinggung salah satu pihak pekan lalu.
Bentrokan yang dihebohkan dengan adanya aksi saling lempar bensin dan bom molotov tersebut berlangsung selama dua hari.
Pertempuran kembali tercetus pada Sabtu (5/4) ketika senjata dan bom molotov yang dilemparkan pihak Nubian Dabudiya membakar beberapa rumah milik Bani Hilal setelah upaya rekonsiliasi gagal.
Menurut pejabat setempat sedikitnya 23 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah anggota Bani Hilal.
Setelah lebih dari dua puluh empat jam bentrokan pertama meletus, polisi dikerahkan di daerah tersebut untuk mencegah keadaan yang semakin memburuk. Namun, upaya tersebut gagal dan memprovokasi intervensi militer.
Pertempuran menjadi semakin parah saat angkatan bersenjata rezim melakukan intervensi “di tengah tuduhan adanya indikasi bahwa unsur-unsur Ikhwanul Muslimin terlibat dalam memicu perselisihan,” kata juru bicara tentara junta Mesir Ahmed Mohamed Ali dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook pada hari Sabtu (5/4).
Pada hari yang sama, Perdana Menteri Interim Ibrahim Mahlab dan Menteri Dalam Negeri Mohamed Ibrahim mengunjungi Aswan untuk bertemu dengan para pemimpin suku guna mengakhiri pertempuran.
Selama pertemuan yang ditengahi pemerintah, pihak Nubian Dabudiya meminta pihak berwenang untuk memberlakukan jam malam dan menggelar pasukan keamanan untuk mencegah pertempuran susulan.
Sementara itu, Gubernur Aswan Mostafa Yousry mengumumkan sebuah keputusan-setelah pertemuan darurat dengan para pejabat-untuk menutup 34 sekolah di El-Seel daerah El-Refy, di mana bentrokan mematikan meletus, sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Bagian Selatan Mesir, terutama yang dihuni oleh suku-suku, memiliki riwayat sengketa lama, dan orang-orang disana tidak percaya pada hukum dan intervensi negara. (adibahasan/arrahmah.com)