KAIRO (Arrahmah.com) – Mesir telah mengumumkan kondisi tiga bulan darurat setelah setidaknya 44 orang tewas dalam serangan bom di Katedral Koptik Paus dan gereja lain pada hari Palm Sunday, mendorong kemarahan dan ketakutan di antara orang Kristen dan menyebabkan diperketatnya keamanan.
Serangan tersebut merupakan yang terbaru yang menargetkan kaum minoritas Kristen, dan juga dinyatakan sebagai tantangan bagi Presiden Abdel Fattah al-Sisi yang telah berjanji untuk melindungi mereka sebagai bagian dari kampanye melawan ekstremisme.
Dalam pidato yang disiarkan oleh statsiun televisi pemerintah, Sisi mengumumkan pemberlakuan tiga bulan darurat, dengan persetujuan DPR, dan menyerukan persatuan nasional serta mendesak media untuk menahan diri untuk memberitakan hal-hal yang membahayakan.
“Hadapi masalah dengan kredibilitas, dan tanggung jawab serta kesadaran,” kata Sisi seperti diliput media. “Semua saya lihat sedang berulang di semua saluran tidaklah benar, dan Anda tahu ini menyakitkan Mesir.”
Sisi juga memerintahkan pasukan segera dikerahkan untuk membantu polisi dalam mengamankan fasilitas vital.
Menyangkal tuduhan Barat bahwa ia telah ditekan aktivis oposisi politik dan hak asasi manusia sejak ia terpilih pada tahun 2014, Sisi telah berusaha untuk memperlihatkan dirinya sebagai benteng pertahanan yang sangat diperlukan untuk melawan terorisme di Timur Tengah.
“Serangan itu … hanya akan mengeraskan tekad (rakyat Mesir) untuk terus mewujudkan keamanan, stabilitas dan pembangunan yang komprehensif,” kata Sisi dalam sebuah pernyataan.
Presiden Trump, yang menjadi tuan rumah Sisi pekan lalu dalam kunjungan resmi pertamanya ke AS, menyatakan dukungan bagi pemimpin Mesir tersebut dengan bekerja lebih erat dalam memerangi ‘militan Islam’.
“Kami ikut berduka mendengar kabar serangan teroris di Mesir. AS mengutuk keras. Saya memiliki keyakinan besar bahwa Presiden Al Sisi akan menangani situasi ini dengan baik,” tulis Trump di akun Twitter resminya. (althaf/arrahmah.com)