KAIRO (Arrahmah.com) — Presiden Mesir memerintahkan pemerintahannya untuk mulai memindahkan kantornya bulan depan ke ibu kota administratif baru yang luas di gurun di luar Kairo, pada Rabu (3/11/2021).
Presiden Mesir Abdel Fattah El Sissi mengarahkan pemerintahnya untuk memulai masa percobaan enam bulan bekerja dari kompleks baru mulai 1 Desember, menurut juru bicaranya, Bassam Radi, lansir AP (4/11).
Kota senilai 45 miliar dollar AS (Rp 646 triliun) ini merupakan mega-proyek terbesar yang diluncurkan El Sissi sejak menjabat pada 2014.
Kota ini dibangun di atas lahan seluas 170.000 hektar, sekitar 45 kilometer timur Kairo dan hampir dua kali ukurannya.
Direncanakan kota ini untuk menampung 6,5 juta orang.
Para kritikus menyebut ibu kota baru Mesir itu sebagai proyek sia-sia. Alasannya, biayanya bisa lebih baik digunakan untuk membangun kembali ekonomi yang hancur dan memperbarui Kairo. Tetapi pemerintah berpendapat bahwa ibu kota baru diperlukan untuk menyerap populasi yang berkembang pesat di Kairo, yang akan berlipat ganda menjadi 40 juta pada 2050.
Presiden Mesir juga mengeklaim ibu kota baru dan proyek-proyek lain mulai dari jalan baru dan kompleks perumahan hingga perluasan kanal Terusan Suez, menarik investor, dan menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 100 juta penduduk negara itu.
Ibu kota baru Mesir ini akan menampung kantor kepresidenan, Kabinet, Parlemen dan kementerian.
Para perencana pembangunan menjanjikan taman publik sepanjang 21 mil, bandara, gedung opera, kompleks olahraga, dan 20 gedung pencakar langit, termasuk yang tertinggi di Afrika, dengan ketinggian 345 meter.
Harian Al Ahram yang dikelola negara melaporkan bahwa pemerintah telah merencanakan untuk merelokasi 52.300 pegawai pemerintah ke ibu kota baru pada pertengahan 2020. Tetapi rencananya tertunda oleh pandemi virus Covid-19.
Awal tahun ini, El Sissi mengatakan memindahkan pemerintah ke ibu kota baru akan “memberi kabar baru tentang pekerjaan pemerintah modern.”
Dia mengacu pada teknologi canggih yang digunakan untuk membangun kantor pemerintahan di sana.
Pergeseran kursi kekuasaan di luar Kairo akan menjadi yang pertama sejak penaklukan Muslim di abad ke-7. (hanoum/arrahmah.com)