BERLIN (Arrahmah.com) – Kanselir Jerman Angela Merkel mencoba untuk menenangkan para kritikus yang semakin vokal atas kebijakan pintu terbukanya untuk pengungsi, dan menegaskan bahwa pencari suaka dari Suriah dan Irak akan pulang setelah konflik di sana telah berakhir.
Sebagaimana dilansir oleh Orient Net, Sabtu (30/1/2016), Merkel, meski nampak semakin terisolasi atas kebijakan itu, telah menolak tekanan dari beberapa kelompok konservatif atas membludaknya pengungsi yang masuk ke Jerman, atau untuk menutup perbatasan Jerman. Tercatat sebanyak 1,1 juta migran tiba di Jerman tahun lalu.
Tapi kekhawatiran tentang kemampuan negara itu untuk mengatasi pengungsi dan kekhawatiran terhadap kejahatan dan keamanan setelah serangan yang terjadi pada malam tahun baru membebani dukungan terhadap partai Uni Demokratik Kristen (CDU) nya Merkel.
“Kita perlu untuk mengatakan kepada orang-orang bahwa ini adalah status penampungan sementara dan kami berharap bahwa setelah ada perdamaian di Suriah, setelah IS telah dikalahkan di Irak, kalian kembali ke negara asal Anda dengan pengetahuan yang telah Anda dapatkan,” katanya pada pertemuan anggota CDU di negara bagian Mecklenburg-Western Pomerania.
Dia mengatakan bahwa 70 persen dari pengungsi yang melarikan diri ke Jerman dari perang di bekas Yugoslavia pada 1990-an telah kembali ke negara asal mereka.
Sambutan Merkel itu datang setelah Horst Seehofer, pemimpin CSU, mengancam akan menyeret pemerintahan Merkel ke pengadilan jika permintaan untuk membendung aliran pencari suaka itu tidak dipenuhi.
Dukungan terhadap partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD) telah menguat akhir-akhir ini. Pemimpinnya mengatakan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan hari ini, Ahad (31/1) bahwa penjaga perbatasan harus menembak pengungsi jika diperlukan untuk mencegah mereka secara ilegal memasuki Jerman.
Merkel telah berusaha untuk meyakinkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengambil kuota pengungsi, mendorong untuk membangun pusat penerimaan pengungsi di perbatasan eksternal Eropa, dan memimpin sebuah kampanye Uni Eropa untuk mencoba meyakinkan Turki untuk menjaga pengungsi memasuki Uni Eropa.
(ameera/arrahmah.com)