PEKANBARU (Arrahmah.com) – Keberadaan ratusan imigran gelap dari berbagai negara yang dibiarkan berkeliaran bebas di Pekanbaru semakin meresahkan. Terlebih beredar informasi sebagian dari mereka menjadi pelacur pria atau gigolo. Bahkan, belakangan juga ada indikasi sebagian dari mereka menyebarkan ajaran yang dianggap Umat Islam sesat, yakni Syiah.
Menyikapi situasi negatif tersebut, sejumlah ulama melakukan pertemuan khusus membahasnya. Pertemuan untuk mengambil sikap \disampaikan pada instansi terkait agar tidak terjadi gejolak lebih besar.
“Tadi malam kami berkumpul untuk membicarakan masalah imigran gelap yang dianggap meresahkan. Kami mendapat informasi sebagian dari mereka menyebarkan ajaran Syiah di sini. Itu sangat berbahaya,” tutur anggota Komisi Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau Muhammadun, Sabtu (13/12/2014), dikutip dari datariau.com.
Hanya saja, Muhammadun yang juga Ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Riau tersebut belum bisa merincikan kesimpulan dalam pertemuan tersebut. Ia berjanji nanti akan memberi penjelaasan lebih lanjut.
“Nanti akan disampaikan lebih lengkap,” janjinya.
Sebagai data pelengkap, saat ini ada lebih dari 400 imigran gelap berkedok mencari suaka politik. Mereka tidak dikarantinakan, melainkan bebas berkeliaran. Dua lokasi kumpul mereka adalah Rumah Detensi Imigrasi atau Rudenim Pekanbaru di belakang Purna MTQ dan di Wisma Satria Jalan Cik Ditiro.
Mengenai dugaan sebagian dari mereka menjadi gigolo di Pekanbaru, secara tidak langsung dibenarkan Kepala Bidang Intelijen dan Penindakan Kantor Hukum dan HAM Wiayah Riau Icon Siregar.
“Kalaupun memang ada yang ‘nakal’ kita memang harus maklum. Berpisah dengan istri sekian lama karena adanya konflik di negara mereka, membuat mereka mencoba mencari pemenuhannya. Namun demikian, kita tetap melakukan pengawasan,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Keberadaan imigran gelap yang saat ini gencar ada di Indonsia pun semakin mengkhawatirkan. Bahkan di Pekanbaru, masyarakat Islam mulai bertanya-tanya apakah Syiah akan bebas berkembang di Bumi Melayu.
“Mereka itu berbahaya, ajarannya sesat dan nekat. Kalau mereka berkembang, lihat saja nanti akan ada azan aneh, cara sholat aneh dan sebagainya yang menyimpang dari ajaran Islam,” ujar Yanhendri, salah seorang pengurus masjid di Pekanbaru. (azm/arrahmah.com)