JAKARTA (Arrahmah.com) – Media sosial Facebook rupanya menjadi tempat curahan hati penyidik KPK Kompol Novel Baswedan, yang dituduh terlibat langsung dalam kasus penembakan terhadap enam tersangka kasus pencurian di Bengkulu.
Mantan Kasatreskrim Polres Kota Bengkulu itu mengungkapkan kegelisahan tentang upaya kriminalisasi terhadap dirinya. “Kasus yang dituduhkan kepada saya adalah fitnah, dan hal seperti ini bukan pertama kali saya alami.
Yang belakangan membuat saya sangat kecewa, rupanya kriminalisasi terhadap saya digunakan untuk memukul KPK, melalui upaya penangkapan dan penggeledahan di kantor KPK,” ujar Novel dalam status akun Facebooknya, Ahad (7/10) seperti dilansir tribunnews.
Menurut dia, upaya tersebut diketahui dan direncanakan petinggi Polri yang selama ini mempersepsikan dirinya sebagai orang baik. “Berhentilah beretorika, takutlah dengan azab Allah,” pinta Novel.
Status tersebut langsung didukung teman-temannya yang memberikan komentar. Semuanya orang-orang terdekat Novel. Selain itu, Novel juga membuat status yang mengungkap aroma tak sedap di institusi Polri.
“Pimpinan Polri mestinya tidak boleh marah bila praktik pungli di samsat-samsat, yang melalui dealer dan penggunaan dana negara untuk pengadaan dengan mark up, dihentikan oleh KPK atau aparatur pemberantasan korupsi lainnya. Sudah saatnya transparansi dan tidak bodohi masyarakat,” ujar Novel.
Menurut dia, pimpinan Polri harus mulai berlaku jujur terhadap masyarakat. Mulai saja dari hal yang kecil. “Hilangkan pungutan-pungutan yang sendiri-sendiri dan yang terkoordinir oleh dealer mobil atas surat kendaraan di seluruh samsat di Indonesia. Jangan lagi gunakan uang negara untuk pengadaan yang dimark-up,” katanya.
Ia juga menulis harapan kepada institusi kepolisian. Novel berharap pimpinan Polri merupakan orang jujur dan sederhana. Baginya kekuasaan Polri terlalu besar. “Seseorang tidak akan bisa bersikap jujur bila hidup mewah dan berkeinginan memiliki banyak kekayaan.”
Semasa sekolah di SMAN 2 Semarang, Novel dikenal sebagai pribadi alim dan pendiam. Seorang teman seangkatannya, Wisnu Adhitya, mengatakan Novel juga baik kepada teman-temannya. “Yang jelas orangnya memang dikenal alim, pendiam, dan baik hati,” kata Wisnu.
Di kampung halamannya, Kampung Sumur Umbul, RT 05/RW 05, Kelurahan Melati Baru, Kecamatan Semarang Timur, Novel dan keluarganya dikenal dermawan. Bahkan saat keluarga Baswedan pindah ke daerah Sampangan, rumah di Sumur Umbul diwakafkan menjadi Masjid Al-Jannah.
Ada juga kiriman pesan penyemangat dari Latifina Baswedan di dinding akunnya. “Save KPK – Save Kompol Novel Baswedan!!! Kami keluarga besar menyatakan dukungan dan salut atas keberanian yang dilakukannya. Semoga kebenaran segera terungkap dan Allah memberikan hidayah pada orang2 yg memfitnah bang Novel. Teruslah berkiprah dalam memberantas korupsi bang Novel !!!”
Dukungan tersebut terus mengalir kepada Novel. Para alumnus SMAN 2 Semarang yang tergabung dalam grup SMA NEGERI 2 SEMARANG LULUSAN 1995 menyatakan dukungan terhadap Novel. Teman seangkatannya yang mengawali dukungan adalah Purnomo Wicaksana.
“Selamat berakhir pekan teman2 semua. Marilah kita bersama-sama berdoa bersama, agar masalah yang sedang dihadapi rekan kita Novel Baswedan agar segera cepat berakhir, dan kepada beliau senantiasa diberikan petunjuk agar mudah dan lancar dalam menghadapi cobaan yang sedang menimpa rekan kita ini Amin,” kata Purnomo.
Dukungan itu langsung dibalas oleh Novel. Ia mengucapkan ucapan terima kasih terhadap teman-teman semasa SMA-nya. Sekali lagi ia menegaskan pihak Polri memfitnah dirinya. “Pada kesempatan ini saya perlu sampaikan bahwa apa yang diekspose oleh Mabes Polri tentang tuduhan kepada saya adalah suatu fitnah. Semoga mereka mendapat hidayah, dan tidak berbuat hal yang sama di kemudian hari,” kata Novel.
Teman-temannya langsung menanggapi dengan mengucapkan dukungan. “Ketika Polisi Jujur Hanya Sebuah Patung,” ujar Andra ‘Rien’. (bilal/arrahmah.com)