Sebuah media seharusnya melakukan cek dan ricek (tabayun) sebelum menginformasikan sebuah berita, terutama menyangkut seseorang, atau lembaga tertentu. Jika tidak, maka fitnah dan desas-desus akan berkembang tidak sehat dan akan terjadi perpecahan di tengah-tengah ummat. Bisa jadi motivasi adu domba dan melemahkan kekuatan kaum Muslimin akan dilancarkan oleh siapapun yang tidak suka dengan Islam. Waspadalah!
Mer-C Bantah Lapor Ke BIN
Organisasi relawan kegawat-daruratan medis MER-C Indonesia membantah tegas, baik kelembagaan maupun yang mengatasnamakan perorangan, pernah memberikan laporan mengenai pelatihan terorisme di Aceh kepada badan intelijen negara (BIN).
Penegasan itu disampaikan Humas MER-C Riny Nurmarita di Jakarta, Minggu (21/3), terkait dengan pemberitaan tentang narasumber mengaku dari MER-C dan menyatakan telah memberitahukan gerakan dan pelatihan kelompok keras di pedalaman Aceh kepada BIN. “Kami merasa perlu menjernihkan itu agar tidak terjadi kesimpangsiuran data dan informasi kepada masyarakat. Perlu juga kami sampaikan bahwa pernyataan resmi MER-C hanya dikeluarkan oleh MER-C Pusat Jakarta, dalam hal ini dokter Joserizal Jurnalis SpOT sebagai Presidium MER-C,” katanya.
MER-C juga mengimbau media masa melakukan cek silang lebih dulu kepada MER-C Pusat bila memperoleh informasi dari pihak lain terkait hal semacam itu. Ia menyatakan, MER-C Indonesia mempunyai pandangan senada dengan pernyataan BIN. BIN membantah pernah menerima laporan mengenai gerakan dan pelatihan kelompok teroris di pedalaman propinsi Aceh.
Dalam pemberitaan tersebut diberitakan bahwa Kaposwil BIN Aceh Brigjen TNI Erfi Triassunu di Banda Aceh, Kamis (18/3), membantah bahwa BIN pernah menerima laporan terkait keberadaan gerakan dan pelatihan kelompok keras di pedalaman propinsi Aceh. “Tidak benar kami pernah dilapori ada pelatihan teroris di pedalaman hutan Aceh Besar, seperti disampaikan Fauzi Nasution dari Medical Emergency Rescue Committee (MER-C),” kata Erfi Triassunu.
Hal itu disampaikannya menjawab pernyataan Fauzi Nasution dari MER-C, yang memberitahukan keberadaan gerakan dan pelatihan kelompok keras di pedalaman Aceh kepada BIN. Pernyataan itu disiarkan salah satu harian terbitan Banda Aceh.
Hanya Mengalihkan Masalah?
Pernyataan Fauzi Nasution itu, kata Erfi, kemungkinan merupakan usaha mengalihkan masalah, karena ada informasi karyawan MER-C terlibat dalam jaringan teroris tersebut. “Jika pun ada laporan, maka pasti akan ditindaklanjuti atau diteruskan kepada pihak berwajib,” tambahnya.
Dalam berita tersebut, Fauzi mengaku pernah memberitahukan keberadaan gerakan dan pelatihan kelompok keras di pedalaman Aceh kepada BIN. Tapi, informasi disampaikan secara lisan satu tahun lalu itu terkesan tak digubris.
Menurut Riny Nurmarita, dalam berita berjudul “BIN Bantah Terima Laporan Latihan Teroris” itu tertulis bahwa pernyataan tersebut disampaikan Fauzi Nasution dari MER-C. “Perlu kami sampaikan bahwa Fauzi Nasution, yang berprofesi dokter spesialis bedah umum, memang pernah menjadi relawan MER-C, namun sudah lama tidak aktif di MER-C dan saat ini tidak memegang jabatan fungsional di MER-C,” katanya.
Oleh karena itu, katanya, semua pernyataannya, yang dikutip beberapa media “online” dan cetak, adalah pernyataan pribadi, bukan sebagai wakil MER-C. “Pernyataannya juga di luar pengetahuan MER-C,” katanya.
(M Fachry/TVone/arrahmah.com)