GUJARAT (Arrahmah.com) – Puluhan Muslim India ditahan polisi Gujarat karena menyembelih sapi qurban saat Idul Adha pada Rabu (16/10/2013) lalu. Mereka juga dikenakan denda karena membela diri ketika dipukuli tanpa ampun oleh polisi Gujarat di desa Sansrod dekat Karjan sekitar 40 km dari Bharuch.
Bukan hanya itu, sejumlah polisi kemudian malah mengizinkan para ekstremis Hindu, yang diduga dari Vishwa Hindu Parishad (VHP) dan Bajrang Dal, untuk memukuli Kaum Muslimin yang berada di penjara polisi tersebut.
“Lebih dari tiga puluh Muslim yang ditangkap dalam satu minggu lalu, karena menyembelih sapi selama Idul Adha, dipukuli tanpa ampun oleh polisi Gujarat. Bukan hanya itu, polisi juga mengizinkan para aktivis VHP dan Bajrang Dal untuk memukuli mereka di penjara kepolisian,” ungkap seorang aktivis dan pengacara Altaf Husain dari Ahmedabad kepada ummid.com melalui sambungan telepon.
Altaf mengatakan bahwa sulit dibayangkan bagaimana polisi malah mengizinkan orang luar untuk memukuli orang-orang yang berada di bawah penahanan mereka. Dia juga menuntut tindakan cepat terhadap mereka yang terlibat dalam pelanggaran serius ini.
Aktivis lainnya Zahoor S. bahkan mengungkapkan bahwa dirinya memiliki foto-foto yang memperlihatkan bekas-bekas luka di tubuh puluhan Muslim tersebut yang menunjukkan kebrutalan polisi, di mana ekstremis VHP dan Bajrang Dal juga disebut-sebut terlibat di dalamnya.
Pasa Selasa (22/10), sebuah harian Mumbai berbahasa Urdu juga telah menerbitkan sebuah laporan beserta sejumlah foto yang menunjukkan kebrutalan polisi terhadap Kaum Muslimin yang mereka tangkap.
Menurut pengacara Altaf Husain, polisi telah menyerbu desa Sansrod, yang terletak di sekitar 15 km dari kota Karjan, setelah menerima informasi bahwa sapi-sapi qurban disembelih di wilayah yang padahal didominasi Muslim tersebut.
Mereka langsung menahan empat orang, dan juga memukuli seorang gadis Muslimah yang keberatan dengan penangkapan polisi. Hal ini mengakibatkan bentrokan antara polisi dan penduduk setempat.
“Setelah penangkapan 4 orang pada tanggal 16 Oktober, polisi menangkap 7 orang lainnya pada hari berikutnya tanggal 17 dan 18 Oktober. Mereka mendaftarkan FIR untuk menghadapi lebih dari 120 orang karena menyerang polisi,” katanya menjabarkan awal mula tindakan brutal polisi dan ektremis Hindu.
SP (Pedesaan Vadodara) Sandeep Singh mengatakan bahwa mereka menemukan empat orang yang terlibat dalam penyembelihan seekor sapi dan menahan mereka, di mana sekelompok warga desa memprotes, mengelilingi tim polisi dan menyerang mereka dengan pedang dan batu.
Dilaporkan bahwa setelah penangkapan dan dugaan pemukulan oleh polisi dan ekstremis VHP serta Banjrang Dal, Kaum Muslimin yang tinggal di desa itu hidup dalam keadaan shock dan ketakutan.
“Orang-orang hidup dalam ketakutan terus-menerus karena polisi menangkap beberapa orang yang bahkan tengah berkumpul untuk pemakaman,” kata Altaf Husain.
Anehnya, Sekretaris Jendral Jamiat-“Ulama”-i-Hind Gujarat State (JUHGS), Quiyum Haque, malah menulis surat pada Senin (21/10) kepada polisi yang berisi klaim bahwa penangkapan itu telah memasukkan nama-nama dalam FIR berdasarkan informasi dari informan mereka.
Dalam suratnya yang dikirim kepada polisi, dia bahkan mengklaim bahwa salah satu terdakwa Khurshid Tudi berada di Inggris dan satu lagi, Latif Behra berada di Afrika Selatan.
“Selain itu, dua dari terdakwa yang disebutkan dalam FIR – Hasan Ganja dan Yakoob Zaminder – telah meninggal dunia. Sementara Musa Ganja, telah berusia adalah 65 tahun dan menderita asma, dan kedua mata orang yang bernama Umarji Musa baru dioperasi belum lama ini,” ungkap Altaf. (banan/arrahmah.com)