WASHINGTON (Arrahmah.com) – Mengutip publikasi pembocoran kebejadan Assad oleh gerakan oposisi Suriah Stand with Caesar pada Senin (11/8/2014), foto-foto korban beragama Kristen Suriah yang ditahan, disiksa, dan dibiarkan kelaparan oleh rezim Assad sengaja dipublikasikan di beberapa media sosial, seperti Facebook dan Twitter sebagai pesan bagi masyarakat dunia.
Bukan tak menghormati jenasah yang tersiksa, namun tak ada kata yang bisa mewakili pembuktian kekejian Assad, maka Caesar, pria pemberani yang sengaja menggunakan nama samaran itu, membocorkan rahasia kotor di Suriah kepada Kongres Amerika Serikat, guna menuntut keadilan.
Nampak sekali bahwa pembantaian ini sangat terencana dan terstruktur, mengikuti aturan dinas militer Suriah. Kita dapat melihat pada foto keterangan nomor tentara rezim yang ditugaskan mengeksekusi yang tertulis di perut dan paha kanan para korban.
Sementara kartu putih yang disertakan pada gambar menunjukkan jumlah korban dan jumlah unit keamanan rezim yang bertanggung jawab atas penahanan dan kematiannya. Keterangan jumlah dan wajah jenazah sengaja ditutup guna menghormati keluarga korban, yang mungkin belum menyadari kematiannya. Gambar ini diambil oleh Caesar atau salah satu rekan fotografer rezimnya antara 2011-2013.
Berdasarkan luka yang nampak pada gambar, dapat dipastikan kebanyakan dari korban mengalami penyiksaan dengan ditempeli besi panas, dikekang rantai hingga isi perutnya terburai, ditusuki dan didedel dengan benda tajam, dipukuli benda tumpul, bahkan disetrum serta dibiarkan tanpa makan dan minum hingga tewas dengan perlahan. Sungguh penyiksaan yang “dinikmati” pelakunya, mereka (rezim Assad) bukanlah manusia.
Caesar, “pahlawan foto” berponco biru
Pria pemberani warga Suriah ini dikenal sebagai Caesar, nama samaran yang digunakan untuk melindungi identitasnya. Pria berponco biru itu mempertaruhkan nyawanya untuk menyelundupkan 55.000 foto lebih dari 11.000 korban penyiksaan dan eksekusi pemerintah Bashar Assad di Suriah, salah satu diktator dunia yang paling brutal.
Caesar membawa gambar-gambar ini ke Amerika Serikat, agar anggota Badan Keamanan PBB itu bisa mencegah lebih banyak penyiksaan dan pembunuhan atas lebih dari 150.000 tahanan masih ditahan di penjara-penjara Suriah. Ia menjadi saksi penyiksaan sistematis dan pembunuhan Suriah oleh badan-badan keamanan Assad yang mendokumentasikan kejahatan mereka dalam foto-foto. Hal itu dilakukan para tentara untuk membuktikan kesetiaan mereka kepada rezim yang menggantung para tawanan, lalu menyiksa dan membunuh korban secara perlahan. Sungguh tragis, Assad betul-betul dijadikan tandingan Allah sebagai Ilah yang satu-satunya berhak kita sembah. Astaghfirullah.
Mengapa Assad menahan lebih dari 150.000 orang dalam penyiksaan penjara?
Pada Maret 2011, Suriah di berbagai kota dan desa-desa berbaris damai menyerukan hak-hak universal mereka yang telah dirampas selama beberapa dekade oleh rezim Nushairiyah. Presiden Assad menanggapi dengan kekuatan militer, mematikan warga sipil tak bersenjata, membunuh dan menangkap ribuan demonstran. Pasukan keamanan Assad kemudian memulai kampanye penyiksaan sistematis dan berskala industri bagi mereka yang dianggap terlibat pelaksanaan pembangkang politik dari segala usia, agama dan jenis kelamin.
Bagaimana dan mengapa Caesar berbagi foto ini dengan dunia?
Karena jumlah korban terus meningkat, sementara kinerja “siksa-bunuh” aparat rezim harus diapresiasi sesuai kontribusinya di lapangan, maka Assad menugaskan fotografer polisi militer untuk membantu mengatalogkan pembantaian dengan kamera mereka sebagai portofolio prestasi bawahannya. Salah satu fotografer itu adalah seorang perwira Suriah, yang diketahui publik hari ini sebagai Caesar. Terkejut oleh kebrutalan rezim, Caesar mulai menyelundupkan ribuan foto jenazah pihak oposisi yang mati kurus kering, disetrum, dibakar, tersedak sumpalan, tercungkil dan dimutilasi tubuhnya. Inilah juga yang mendorong ribuan korban pihak oposisi untuk keluar dari Suriah, sebab menghindari resiko besar untuk dirinya sendiri dan keluarganya.
Setelah dua tahun mengumpulkan bukti ini, Caesar yang merasakan kercurigaan rezim meningkat kepadanya dan bekerja sama dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) -yang biasa dilabeli “pemberontak” oleh media sekuler- memalsukan kematiannya agar lolos meninggalkan negara itu. Caesar terus mempertaruhkan nyawanya untuk membawa hampir 55.000 foto yang ia kumpulkan agar menjadi perhatian masyarakat internasional, dengan harapan menginspirasikan keadilan dan mengakhiri mesin pembunuh yang masih aktif di bawah rezim Assad. Foto Caesar telah dianalisis dan divalidasi oleh banyak ahli forensik, termasuk FBI.
Dukung Caesar dan hentikan mesin pembunuh Assad
Untuk membantu Caesar mencapai tujuan mulianya, mari berpartisipasi mendukung gerakan pembelaan rakyat Suriah. Caranya bisa dengan menyukai halaman resmi gerakan Stand With Caesar di Facebook, atau berbagi publikasi statusnya dengan teman dan keluarga. Sudah saatnya kita sebagai warga dunia bersiaga untuk peluang lebih lanjut, menyambut bersinarnya cahaya kebenaran, melawan kekejaman massal yang tak berperikemanusiaan ini.