ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Partai Tehrik e Labaik Pakistan (TLP) yang pekan lalu dilarang pemerintah menyerukan diakhirinya protes anti-Prancis secara nasional pada Selasa (20/4/2021). dikutip dari Reuters.
Penghentian protes tersebut terjadi setelah pemerintah menginformasikan bahwa parlemen sedang melakukan pemungutan suara terkait mengusiran duta besar Prancis dan penghentian kasus pidana terhadap partai dan anggotnya.
Pakistan menangkap pemimpin TLP pada 12 April dan melarang partai itu pekan lalu setelah anggotanya melakukan aksi protes yang menyebabkan hampir seluruh aktivitas di ibukota mati.
Dalam aksinya, TLP menuntut Pakistan mengusir duta besar Prancis sebagai balasan atas penerbitan kartun di Prancis yang menggambarkan Nabi Muhammad.
Empat petugas polisi dan enam pengunjuk rasa tewas, 11 polisi sempat disandera, dan lebih dari 800 luka-luka selama aksi yang menyebakan bentrokan dalam sepekan.
Perdana Menteri Imran Khan memperingatkan bangsanya pada hari Senin bahwa Pakistan berisiko membayar harga jika utusan Prancis itu dikeluarkan, karena setengah ekspor negara itu dijual ke Uni Eropa.
Namun demikian, Menteri Dalam Negeri Sheikh Rashid Ahmad mengatakan pada Selasa (20/4) bahwa pemerintah telah setuju “setelah negosiasi panjang dengan TLP” untuk membuat resolusi di depan parlemen tentang apakah akan mengusir duta besar.
Semua kasus kriminal yang terdaftar terhadap TLP juga akan ditarik sebagai hasil dari kesepakatan dengan kelompok tersebut, yang sebagai imbalannya akan mengakhiri protesnya, kata menteri tersebut.
TLP menanggapi dengan merilis pernyataan audio dari juru bicaranya Shafiq Amini yang mengatakan: “Mereka diminta untuk mengakhiri protes di mana pun mereka terjadi di seluruh negeri.”
TLP juga menuntut pembebasan pemimpinnya dan ratusan anggotanya yang ditangkap, pencabutan larangan dan tuduhan teroris, serta pemecatan menteri dalam negeri.
Hubungan antara Paris dan Islamabad menjadi lebih tegang setelah Presiden Emmanuel Macron memberikan penghormatan akhir tahun lalu kepada seorang guru bahasa Prancis yang dipenggal oleh seorang pria asal Chechnya karena menunjukkan kelas kartun kebebasan berbicara yang menggambarkan Nabi.
Saat itu, protes meletus di dunia Muslim, termasuk yang dipimpin oleh kelompok Islam yang menutup jalan raya utama menuju Islamabad sampai pemerintah Khan setuju untuk mendukung boikot produk Prancis dan mengusir utusan tersebut.
Prancis telah menyarankan warganya untuk meninggalkan Pakistan sementara. (hanoum/arrahmah.com)