LJUBLJANA (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Slovenia Alenka Bratusek pada Sabtu (14/9/2013) telah membantu meletakkan batu fondasi bagi apa yang akan menjadi masjid pertama di negara itu, 44 tahun setelah permintaan awal untuk membangun itu diajukan oleh kaum muslimin Slovenia, laporan Al-Jazeera.
Bratusek menyatakan langkah di ibukota, Ljubljana, itu sebagai sebuah “kemenangan simbolis terhadap segala bentuk intoleransi agama”. Ia menambahkan bahwa Eropa tidak akan menjadi kawasan yang kaya budaya tanpa Islam.
Sekitar 10.000 orang menghadiri upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid pada hari Sabtu, termasuk Walikota Ljubljana Zoran Jankovic, dan menteri Wakaf Qatar Syaikh Ghaits bin Mubarak al-Kawari yang membantu mendanai proyek tersebut.
“Kami sangat senang dapat memulai proyek civic ini di Ljubljana, yang dengan demikian akan menjadi lebih dikenal dan kota yang lebih plural,” kata Mufti Nedzad Grabus, wakil tertinggi komunitas Islam Slovenia, upacara.
Pembangunan masjid tersebut akan dimulai pada bulan November 2013 dan harus selesai pada akhir musim gugur 2016. Biaya proyek, yang mencakup pusat kebudayaan Muslim, adalah $ 16 juta, 70 persen di antaranya akan dipenuhi oleh Qatar.
Luas lahan yang akan menjadi tempat pembangunan masjid adalah 11 ribu meter persegi. Bangunan masjid rencananya setinggi 12 meter, sementara tinggi menara adzan adalah 40 meter.
“Ini berarti dunia bagi saya,” kata Sahra Kacar, yang lahir pada tahun yang sama dengan permohonan resmi pertama untuk membangun masjid di Ljubljana diajukan. “Kami akan memiliki tempat yang tepat untuk shalat, daripada menggunakan berbagai ruang publik.”
Petisi untuk referendum
Kaum muslimin di Slovenia telah mengajukan proposal pertama pembangunan masjid kepada pemerintah sejak 1969. Proposal untuk pembangunan masjid telah ditentang dan ditahan oleh pejabat setempat yang enggan.
Kelompok penentang proposal pembangunan masjid telah menuntut digelar referendum mengenai masalah ini pada tahun 2004 dan 2009. Slovenia adalah negara Katolik berpenduduk dua juta jiwa, dimana sekitar 50.000 jiwa adalah Muslim. Namun Mahkamah Konstitusi Slovenia menolak tuntuan referendum dengan alasan kebebasan beragama.
Proposal pembangunan masjid ini datang saat Slovenia menghadapi krisis keuangan terburuk Slovenia sejak kemerdekaan pada tahun 1991, yang mengancam untuk membuat negara anggota terbaru dari 17 negara zona Euro itu untuk mencari bailout dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional.
“Saya pribadi tidak menentang masjid tapi aku tahu orang-orang yang masih menentangnya,” kata desainer berusia 30 tahun yang tinggal dekat lokasi masjid baru dan memberikan namanya sebagai Ana.
“Tapi masjid tidak lagi menjadi hal yang tinggi pada agenda politik karena perhatian sekarang difokuskan pada krisis ekonomi yang melumpuhkan Slovenia,” katanya. (muhibalmajdi/arrahmah.com)