KABUL (Arrahmah.id) — Menteri pendidikan tinggi Taliban, Nida Mohammad Nadim, pada Kamis (22/12/2022) menyebutkan bahwa perempuan Afghanistan tidak perlu belajar pertanian, teknik, serta bidang yang bertentangan dengan Islam.
“Para gadis belajar pertanian dan teknik, tetapi ini tidak sesuai dengan budaya Afghanistan. Anak perempuan harus belajar, tetapi tidak di bidang yang bertentangan dengan Islam dan kehormatan Afghanistan,” ujarnya seperti dikutip dari Associated Press (23/12).
Dia menambahkan bahwa Taliban sedang memperbaiki “masalah” ini dan universitas akan dibuka kembali untuk perempuan setelah “masalah” ini diselesaikan.
Taliban sebelumnya berjanji serupa tentang akses sekolah menengah untuk anak perempuan. Bahwa mereka akan membereskan terlebih dahulu masalah seluruh sistem yang terkait dengan pendidikan perempuan dari mulai seragam, transportasi, prasarana dan sarana, serta kurikulumnya.
Nida Mohammad Nadim mengatakan larangan yang dikeluarkan awal pekan ini diperlukan agar semua berjalan sesuai prinsip-prinsip Islam. Dia mengatakan larangan itu berlaku sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi Afghanistan, Nadim menolak kecaman internasional yang meluas, termasuk dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Arab Saudi, Turki dan Qatar. Nadim mengatakan bahwa orang asing harus berhenti mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan.
Sebelumnya pada hari Kamis, menteri luar negeri dari kelompok negara G-7 mendesak Taliban untuk mencabut larangan tersebut, memperingatkan bahwa “penganiayaan gender dapat menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Para menteri memperingatkan setelah pertemuan virtual bahwa “kebijakan Taliban yang dirancang untuk menghapus perempuan dari kehidupan publik akan berdampak pada bagaimana negara kita terlibat dengan Taliban.”
Mantan gubernur provinsi, kepala polisi dan komandan militer, Nadim diangkat menjadi menteri pada bulan Oktober oleh pemimpin tertinggi Taliban dan sebelumnya berjanji untuk menghapus sekolah sekuler.
Alasan lain yang dia berikan untuk pelarangan universitas adalah kegagalan wanita untuk mematuhi aturan berpakaian yag telah ditetapkan oleh Taliban. (hanoum/arrahmah.id)