GAZA (Arrahmah.id) – Seorang menteri sayap kanan “Israel” mengancam pada Rabu (22/3/2023) untuk kembali menduduki Gaza dan mengambil alih permukiman yang dikosongkan di wilayah itu sebelum 2005.
Berbicara kepada Channel 7 “Israel”, Menteri Misi Nasional “Israel”, Orit Strock berkata, “Kita harus mengembalikan permukiman kita sekali lagi. Saya percaya bahwa kita telah memberikan banyak pengorbanan untuk memulihkan Gaza.”
“Sayangnya, kita tidak dapat mengembalikan Gaza tanpa melibatkan banyak korban, begitu pula keberangkatan dari sana membawa banyak korban,” tambahnya.
Pada 2005, mantan PM Ariel Sharon mengevakuasi beberapa permukiman “Israel” di Gaza bersama dengan empat permukiman di Tepi Barat utara yang diduduki sebagai bagian dari rencana “sepihak” untuk melepaskan diri dari wilayah tersebut.
Baru-baru ini, Knesset “Israel” pada Selasa (21/3) mengesahkan undang-undang untuk memungkinkan pemukim “Israel” kembali ke empat permukiman yang dievakuasi di Tepi Barat utara, menandakan pergeseran dalam kebijakan pemerintah.
Pernyataan menteri “Israel” tersebut mendapat tanggapan negatif dari warga Palestina di Jalur Gaza, yang dengan sinis merespon bahwa “Israel terlalu lemah untuk menduduki wilayah itu sekali lagi.”
““Israel” tahu betul bahwa Gaza mampu mempertahankan dirinya sendiri dan perlawanan memiliki senjata canggih dan tidak akan membiarkan “Israel” mendudukinya lagi,” kata Muhammad al-Rayyes, dari Kota Gaza, kepada The New Arab.
“Kami mungkin tidak setuju dengan Hamas dalam banyak masalah sosial dan cara mereka berkuasa, tapi kami semua akan mendukungnya jika “Israel” melakukan kebodohan dengan menduduki tanah kami lagi,” tambahnya.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Ibrahim Al-Asali dari Gaza. “Tampaknya ekstremis “Israel” akan menjadi alasan utama untuk mempercepat akhir keberadaannya sebelum mereka dapat menduduki tanah kami lagi,” katanya.
“Sayangnya, orang-orang Palestina terbagi, dan inilah yang sangat berkontribusi untuk memperkuat kehadiran “Israel” di tanah kami, Gaza memiliki senjata yang kuat, dan jika kami bersatu dengan saudara-saudara kami di Tepi Barat, kami pasti akan dapat mengobarkan pertempuran pembebasan dan mengusir semua orang “Israel” dari tanah kami,” tambahnya.
“Israel” menduduki Palestina pada 1948, dan wilayah lainnya dalam perang 1967. Sejak itu, “Israel” membangun sedikitnya 164 permukiman di wilayah yang diduduki, dengan sekitar 650.000 pemukim. Di bawah hukum internasional, semua permukiman Yahudi di wilayah pendudukan dianggap ilegal. (zarahamala/arrahmah.id)