MOSKOW (Arrahmah.id) – Menteri Pertahanan Rusia telah mendesak sebuah perusahaan negara untuk melipatgandakan produksi rudal mereka saat serangan balasan dari Ukraina semakin dekat dan baik pasukan Moskow maupun Kiev dilaporkan mengalami keterbatasan amunisi.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, berbicara dalam sebuah pertemuan dengan para petinggi militer pada Selasa (2/5/2023), mengatakan bahwa Perusahaan Rudal Taktis milik negara telah memenuhi kontraknya secara tepat waktu.
Namun, Shoigu menambahkan, “Saat ini, perlu untuk menggandakan produksi senjata presisi tinggi dalam waktu sesingkat mungkin”.
Para analis militer telah mencoba untuk menentukan apakah Rusia kehabisan amunisi presisi tinggi karena serangan rudal terhadap Ukraina menjadi lebih jarang dan skalanya lebih kecil.
Institute for the Study of War mengatakan pada Rabu (3/5) bahwa komentar Shoigu mengenai produksi rudal kemungkinan dirancang untuk menangkis klaim bahwa kementeriannya tidak dapat menjaga pasukan Rusia tetap memiliki persediaan amunisi yang cukup serta untuk tampil proaktif di tengah kekhawatiran akan terjadinya serangan balasan Ukraina, lansir Al Jazeera.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada Selasa bahwa “masalah logistik tetap menjadi inti dari kampanye Rusia yang sedang berjuang di Ukraina”.
“Rusia tidak memiliki amunisi yang cukup untuk mencapai kesuksesan dalam serangan,” kata kementerian tersebut. “Rusia terus memberikan prioritas tertinggi untuk memobilisasi industri pertahanannya, tetapi masih gagal memenuhi tuntutan waktu perang.”
Rusia melancarkan serangan malam hari ketiga di Kiev pada Selasa, menurut pernyataan pihak Ukraina, tetapi sistem pertahanan udara menghancurkan semua pesawat tak berawak Rusia yang membidik kota tersebut tanpa ada laporan langsung mengenai korban atau kerusakan.
Sirene serangan udara meraung-raung selama beberapa jam di Kiev, wilayah sekitarnya dan sebagian besar wilayah timur Ukraina, dan langit baru cerah saat fajar.
“Semua target musuh diidentifikasi dan ditembak jatuh di wilayah udara di sekitar ibu kota,” klaim militer Kiev di aplikasi pesan Telegram.
Drone Shahed buatan Iran terlibat dalam serangan tersebut, kata pemerintah, meskipun tidak segera diketahui berapa banyak drone yang ditembak jatuh. (haninmazaya/arrahmah.id)