TEL AVIV (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan “Israel” pada Kamis (5/8/2021) memperingatkan bahwa negaranya siap untuk menyerang Iran, mengeluarkan ancaman terhadap negara tersebut setelah serangan pesawat tak berawak yang fatal pada sebuah kapal tanker minyak di laut dimana “Israel” menyalahkan Teheran.
Komentar Benny Gantz datang ketika “Israel” melobi negara-negara untuk bertindak di PBB atas serangan pekan lalu di kapal tanker minyak Mercer Street yang menewaskan dua orang. Kapal tanker itu, yang dihantam lepas pantai Oman di Laut Arab, dikelola oleh sebuah perusahaan milik seorang miliarder “Israel”, lansir AP.
AS dan Inggris sama-sama menyalahkan Iran atas serangan itu, tetapi tidak ada negara yang menawarkan bukti atau intelijen untuk mendukung klaim mereka. Iran, yang bersama dengan sekutu milisi regionalnya telah meluncurkan serangan pesawat tak berawak serupa, telah membantah terlibat.
Berbicara kepada situs berita Ynet, Gantz menanggapi apakah “Israel” siap untuk menyerang Iran dengan jawaban “ya” yang blak-blakan.
“Kami berada pada titik di mana kami perlu mengambil tindakan militer terhadap Iran. Dunia perlu mengambil tindakan terhadap Iran sekarang,” kata Gantz.
Iran tidak segera menanggapi komentar Gantz. Namun, dalam sebuah surat pada Rabu kepada Dewan Keamanan PBB, kuasa usaha di New York menggambarkan “Israel” sebagai “sumber utama ketidakstabilan dan ketidakamanan di Timur Tengah dan sekitarnya selama lebih dari tujuh dekade.”
“Rezim ini memiliki catatan kelam yang panjang dalam menyerang navigasi komersial dan kapal sipil,” tulis Zahra Ershadi. “Dalam waktu kurang dari dua tahun, rezim ini telah menyerang lebih dari 10 kapal komersial yang membawa minyak dan barang-barang kemanusiaan yang ditujukan ke Suriah.”
Komentar Ershadi merujuk pada perang bayangan yang sedang berlangsung di perairan Timur Tengah sejak 2019 yang telah menyebabkan kapal-kapal Iran dan yang terkait dengan Barat diserang.
Serangan minggu lalu menewaskan kapten kapal Rumania serta anggota awak Inggris yang bekerja untuk Ambrey, sebuah perusahaan keamanan maritim. Dalam sebuah pernyataan pada Kamis, Ambrey mengidentifikasi korban sebagai Adrian Underwood, seorang mantan tentara di Angkatan Darat Inggris yang memulai di perusahaan tersebut sebagai petugas keamanan maritim pada tahun 2020 sebelum menjadi pemimpin tim.
“Kami terus berhubungan dengan keluarga Adrian untuk memberikan dukungan pada saat yang menyedihkan dan sulit ini,” kata John Thompson, direktur manajemen Ambrey.
Serangan itu dimulai setahun setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia, yang membuat Iran membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Presiden Joe Biden mengatakan dia bersedia untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu, tetapi pembicaraan untuk menyelamatkan kesepakatan itu terhenti di Wina. (haninmazaya/arrahmah.com)