KABUL (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan Afghanistan Jenderal Abdul Rahim Wardak menyatakan tahun 2008 sebagai tahun paling berdarah bagi Afghanistan sejak invasi AS ke negeri itu tahun 2001 lalu.
Kehadiran 64.000 pasukan asing yang terdiri dari pasukan AS dan NATO, justru menyebabkan aksi-aksi kekerasan dan serangan meningkat tajam sepanjang tahun ini.
“Jumlah aksi-aksi kekerasan meningkat setiap tahun dan 2008 menjadi tahun terburuk,” kata Jenderal Wardak pada para wartawan di Afghanistan, Selasa kemarin.
Ia tidak memberikan detil jumlah aksi-aksi kekerasan maupun korban jiwa, namun menurut laporan iCasualties.org yang melakukan pemantauan perang AS di Irak dan Afghanistan menyebutkan, sepanjang tahun 2008 sedikitnya 239 tentara dari pasukan asing terbunuh di Afghanistan.
Selain pasukan asing, warga sipil Afghanistan juga banyak yang menjadi korban serangan dari tentara-tentara AS dan NATO. Terakhir, ledakan bom dalam sebuah bus yang terjadi di selatan provinsi Uruzgan menewaskan sembilan orang termasuk dua anak-anak berusia sekitar 10 tahun.
Menteri Pertahanan Afghanistan, Jenderal Abdul Rahim Wardak mengakui makin kuatnya dan makin canggihnya kelompok Taliban, yang disebutnya sebagai “musuh negara”. Ia menyatakan, pasukan asing dan pasukan Afghanistan akan terus melakukan perlawanan terhadap “musuh” mereka.
“Tidak diragukan lagi, bahwa mereka (Taliban) memiliki persenjataan yang lebih baik dari sebelumnya. Mereka juga lebih terlatih, lebih canggih dan lebih terkordinasi,” kata Jenderal Wardak.
Tak heran jika Pimpinan Staff Gabungan AS Laksamana Mike Mullen menyatakan bahwa AS sulit memenangkan perang melawan Taliban di Afghanistan karena negeri itu kita sudah berada dalam genggaman Taliban, terutama di wilayah selatan Afghanistan yang berbatasan dengan Pakistan.
Laporan terbaru lembaga think-tank Senlis Council juga menyebutkan bahwa Taliban sudah menguasai lebih dari setengah wilayah Afghanistan. (Hanin Mazaya/iol)