ISTANBUL (Arrahmah.com) – Turki pada Jumat (17/8/2018) mengancam untuk menanggapi Amerika Serikat yang berencana untuk memberlakukan sanksi lebih lanjut atas penahanan seorang pendeta Amerika, yang telah memicu kebuntuan diplomatik dan memukul jatuh mata uang Turki.
“Kami telah menanggapi berdasarkan peraturan Organisasi Perdagangan Dunia dan akan terus melakukannya,” Menteri Perdagangan Turki, Ruhsar Pekcan, mengatakan seperti dikutip oleh kantor berita Anadolu yang dikelola negara.
Washington memperingatkan pada Kamis (16/8) bahwa pihaknya akan memberlakukan sanksi lebih lanjut kecuali pendeta Andrew Brunson, yang disebut oleh Presiden AS Donald Trump sebagai “sandera”, dibebaskan.
Penahanan Brunson sejak Oktober 2016 atas tuduhan yang berkaitan dengan teror telah memburuk hubungan antara kedua sekutu NATO, mengirimkan lira Turki ke dalam kekacauan.
Lira, yang awal minggu ini menempati nilai tujuh per dolar, berada di 5,8 terhadap dolar dan 6,7 terhadap euro pada Jumat (17/8).
Pekan lalu, Trump men-tweet bahwa pemerintahannya menggandakan tarif aluminium dan baja untuk Turki. Sebagai tanggapannya, Ankara menaikkan tarif pada beberapa produk AS.
Pada hari Kamis, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan AS memiliki banyak rencana untuk dilakukan jika Turki tidak segera membebaskannya Brunson.
Trump mengawali pernyataan Mnuchin dengan mengatakan bahwa Turki bukanlah teman yang sangat baik bagi Amerika.
“Turki telah mengambil keuntungan dari Amerika Serikat selama bertahun-tahun. Mereka sekarang menahan Pendeta Kristen kita yang luar biasa, yang sekarang harus saya minta untuk mewakili negara kita sebagai sandera patriot yang hebat. Kami tidak akan membayar apapun untuk membebaskan orang yang tidak bersalah, tetapi kita akan memotong dari Turki!” kata Trump di akun Twitter. (Althaf/arrahmah.com)