BANGLADESH (Arrahmah.com) – Seorang menteri pemerintahan Myanmar melakukan kunjungan ke sebuah kemah pengungsian di tenggara Bangladesh dan bertemu dengan para pejabat PBB dan lembaga-lembaga internasional lainnya di tempat yang terpisah.
Dengan pengawalan ketat, Menteri Kesejahteraan Sosial Myanmar Win Myat Aye bersama rombongannya menemui pengungsi Rohingya dan meminta mereka untuk kembali ke Myanmar, sebuah permintaan yang ditolak oleh para pengungsi Rohingya yang menganggap Win Myat Aye seorang kolaborator dalam pembantaian Muslim Rohingya di Arakan.
“Saya sangat senang bertemu dengan anda,” kata Win Myat Aye kepada sekelompok orang yang terdiri dari 30 pria, wanita dan anak-anak di pavilion di bawah pengawalan ketat, seperti dikutip RFA cabang Uyghur pada Rabu (11/4/2018).
“Pertama-tama Saya ingin berbicara tentang pemerintahan kita. Kami bertanggung jawab untuk melindungi rakyat yang hidup di negara kami. Kami akan menyelesaikan semua masalah demi tercapainya keamanan dan stabilitas….. Bekerjasamalah dengan kami, dan kembalilah. Untuk kembali, anda harus melakukannya secara sistematis,” ujarnya dalam Bahasa Burma.
Abdul Haque (5), menangis ketika Win Myat Aye menaruh tangannya di kepalanya, hal itu juga membuat ibunya menangis.
“Menteri bertanya padanya tentang ayahnya. Ayahnya, Yousuf, dibunuh,” kata Minara Begum kepada BenarNews, sebuah layanan berita online yang terafiliasi dengan RFA.
Aung Tun Thet, kepala koordinator Persatuan Badan Usaha Bantuan Kemanusiaan pemerintah Myanmar, Pemukiman dan Pengembangan di Rakhine, mengatakan kepada para pengungsi bahwa mereka “ingin semua rakyat kembali.”
“Kami akan memulai pekerjaan untuk menerima kalian secepat mungkin. Kami mengerti bahwa kalian mengalami banyak kesulitan dan kami bersimpati pada kalian juga… Kami mohon, siapa saja yang ingin kembali ke rumah, bekerjasamalah dengan kami. Tetapi kami tidak ingin kalian kembali atas paksaan. Kembalilah atas kemauan kalian sendiri,” katanya.
Tetapi sebagian pengungsi memberi respon berbeda.
“Dia mengatakan kepada kami bahwa kami harus pergi ke kamp-kamp di Arakan. Jika demikian, mengapa kami harus pergi ke sana? Kami ingin kembali ke rumah kami.” Kata Zahid Hossain kepada BenarNews.
Sementara pengungsi Taslima Begum menganggap bahwa menteri itu tidak mendengarkan mereka.
“Mereka hanya berbicara. Mereka tidak mendengarkan kami. Apa maksud kedatangannya ke sini?” tananya.
Di luar pertemuan, sejumlah pengungsi Rohingya-termasuk anak-anak- melakukan protes atas kedatangan Win Myat Aye. Menganggap Aye turut terlibat dalam genosida warga Muslim Rohignya di Rakhine.
“Pria ini adalah salah satu orang yang bertanggungjawab atas penderitaan kami. Dia berlalu dengan selamat tanpa mendengarkan kami. Kami tidak ingin melihatnya di sini,” kata Mohammad Idris kepada BenarNews.
“Mereka membunuh saudara laki-laki kami, ayah-ayah kami, anak-anak kami dan suami-suami. Sekarang, dia datang untuk menunjukkan simpati. Kami memprotes kunjungannya,” kata Mahmuda Begum.
Situasi sempat memanas ketika polisi berteriak dan merebut sebuah telepon genggam pengungsi. Polisi yang dipersenjatai tongkat mulai menghadang para demonstran, memaksa mereka untuk meninggalkan area tersebut. (siraaj/arrahmah.com)