TRIPOLI (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengadakan pembicaraan pada Kamis (6/8/2020) di Tripoli dengan kepala pemerintah Libya yang diakui PBB mengenai solusi politik untuk mengakhiri konflik negara itu.
Cavusoglu, ditemani oleh mitranya dari Maltese Evaris Bartolo, bertemu dengan Fayez Al-Sarraj, dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA), yang didukung oleh Ankara melawan komandan militer yang berbasis di timur Khalifa Haftar.
“Bahkan jika tidak ada gencatan senjata yang diumumkan secara resmi, ketenangan tetap ada untuk saat ini,” Cavusoglu mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan, seperti dilansir AFP.
Tapi “masalah Libya masih ada”, tambahnya.
Gencatan senjata yang “tahan lama” seharusnya berarti bahwa GNA, pemerintah Libya yang diakui internasional, mampu menyebarkan kendalinya ke timur Tripoli, di daerah yang saat ini dikuasai oleh pasukan Haftar, kata Cavusoglu.
Itu, berarti mampu menguasai pelabuhan strategis Sirte, pintu gerbang ke ladang minyak negara, dan pangkalan udara Al-Jufra, di selatan.
Haftar, ia menambahkan, “masih tidak percaya pada solusi politik dan dapat menyerang Tripoli kapan saja”.
Haftar melancarkan serangan tahun lalu untuk merebut Tripoli, markas besar GNA, tetapi awal tahun ini pasukan yang setia kepada pemerintah yang diakui PBB mendorongnya dari sebagian besar Libya barat.
Pasukan GNA juga telah berjanji untuk merebut kembali Sirte, pemukiman besar terakhir sebelum batas wilayah kekuasaan antara Libya barat dan benteng Haftar di timur.
Libya telah terperosok dalam kekacauan sejak penggulingan penguasa lama Moammar Qaddafi di tahun 2011, dengan kelompok-kelompok politik dan bersenjata bersaing memperebutkan kekuasaan. (haninmazaya/arrahmah.com)