DAMASKUS (Arrahmah.id) — Sebuah rekaman viral di dunia maya yang dinyatakan menunjukkan Menteri Kehakiman dalam pemerintahan baru Suriah, Shadi Al-Waisi, mengawasi eksekusi dua perempuan di provinsi Idlib pada 2015, lansir The New Arab (6/1/2025).
Dalam video itu, yang dibagikan di Telegram dan platform lainnya, seorang wanita di kota Maaret Misreen di provinsi Idlib terlihat dikelilingi oleh para pejuang di samping dinding yang ditutupi dengan spanduk bertuliskan Jabhah Nusra, nama organisasi pendahulu Hai’ah Tahrir Syam (HTS), kelompok perlawanan Suriah yang mempelopori serangan penggulingan diktator Suriah Bashar al-Assad pada 8 Desember lalu.
Seorang pria yang diyakini sebagai Shadi Al-Waisi terlihat di awal video, bersenjatakan pistol dan tampaknya memerintahkan wanita itu untuk berlutut, saat dia memohon belas kasihan.
Dia kemudian berlutut saat seorang pejuang membacakan ayat-ayat dari Al Quran dan mengatakan bahwa ada “bukti yang menentukan” bahwa dia telah berzina dan terlibat dalam prostitusi.
Pejuang lain kemudian menembaknya di kepala dengan pistol dan dia jatuh ke lantai.
Situs pemeriksa fakta Suriah, Verify-Sy (5/1), menilai video tersebut sebagai “terkonfirmasi” dan mengatakan bahwa analisis suara menunjukkan kecocokan yang tinggi antara wawancara yang diberikan oleh Al-Waisi baru-baru ini dengan pria yang diyakini sebagai Al-Waisi dalam video 2015.
Situs tersebut juga mengutip “sumber tingkat tinggi” di pemerintahan Suriah yang baru, yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa pria tersebut adalah Al-Waisi, yang pada saat itu menjabat sebagai hakim Islam di daerah-daerah yang dikuasai Jabhah Nusrah.
Sumber dari pemerintah baru Suriah mengatakan kepada Verify-Sy: “Video ini menunjukkan penerapan hukum pada waktu dan tempat tertentu … tetapi kami ingin menunjukkan bahwa tindakan ini menunjukkan tahap yang telah kami lewati.”
“Tidaklah tepat untuk mempublikasikan atau menggunakan video ini untuk menggambarkan situasi saat ini, mengingat perubahan situasi yang terjadi. Kami menegaskan komitmen hukum dan prosedural kami yang kuat terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan baru yang telah disetujui oleh warga Suriah, yang mencakup keadilan dan supremasi hukum,” tambah sumber tersebut.
Pada 2017, dua tahun setelah video tersebut muncul, Jabhah Nusrah membubarkan diri dan melepaskan baiat dari Al Qaeda. Kemudian sebagian anggotanya membuat kelompok baru bernama Hai’ah Tahrir Syam (HTS) .
The Syrian Nation mengungkapkan, karier profesional Shadi Al-Waisi dimulai sebagai guru agama Islam di sekolah-sekolah di Aleppo, dan kemudian ia menjadi imam dan pengkhotbah di kota Aleppo. Di daerah yang dikuasai oleh Jabhah Nusrah, ia mendirikan pengadilan Syariah di Dahrat Awad, Aleppo, dan sempat menjadi hakim Syariah di sana.
Ia bergabung dengan Dewan Syariah Empat Partai di Aleppo lalu menduduki berbagai posisi, termasuk hakim pidana militer, hakim banding, dan jaksa penuntut umum.
Sebelum menjadi Menteri Kehakiman di Pemerintah Keselamatan Suriah di Idlib, yang berafiliasi dengan HTS, ia mengepalai Pengadilan Salqin, Pengadilan Hareitan, dan Pengadilan Badia Utara.
Shadi Al-Waisi mengatakan dalam sebuah wawancara di Al-Arabiya TV bahwa penerapan Syariah Islam adalah keputusan rakyat dan rakyat akan memilihnya dengan mayoritas 90 persen, dan tidak akan dipaksakan oleh pemerintah. (hanoum/arrahmah.id)