RIYADH (Arrahmah.id) — Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir bersama sekelompok Yahudi radikal mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa pada Kamis (27/7/2023) waktu setempat. Kunjungan dilakukan saat ketegangan meningkat antara tentara Israel dan warga Palestina di Tepi Barat.
Seperti dilansir Arab News (28/7), kunjungan Ben-Gvir itu menuai kecaman, termasuk dari Kementerian Luar Negeri Saudi yang menyebutnya sebagai ‘pelanggaran terang-terangan’ terhadap hukum internasional dan menjadi ‘provokasi’ bagi umat Muslim di seluruh dunia.
“Kerajaan meminta pertanggungjawaban militer Israel atas konsekuensi dari pelanggaran berulang tersebut,” tegas Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya.
Riyadh juga menyerukan komunitas internasional untuk mengambil tindakan dalam mengakhiri eskalasi militer Israel dan memberikan perlindungan yang diperlukan oleh warga sipil Palestina.
Kecaman juga datang dari Yordania, yang memperingatkan bahwa pelanggaran di tempat-tempat suci bisa menyebabkan eskalasi konflik lebih lanjut.
“Memperingatkan konsekuensi serius dari membiarkan para ekstremis masuk ke tempat suci dan melakukan praktik provokatif di bawah perlindungan kepolisian pendudukan Israel,” demikian pernyataan otoritas Yordania.
Kunjungan Ben-Gvir pada Kamis (27/7) waktu setempat itu menjadi kunjungan ketiga yang dilakukannya ke kompleks Masjid Al-Aqsa, sejak dia menjadi menteri dalam pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Ben-Gvir bergabung dengan ratusan pemukim Yahudi yang mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa untuk menandai peringatan hari raya Yahudi Tisha B’Av, yang merupakan hari berkabung dan pertobatan saat orang-orang Yahudi merenungkan penghancuran Kuil Pertama dan Kuil Kedua — peristiwa kunci dalam sejarah Yahudi.
Dalam kunjungan terbarunya itu, seperti dilansir Al Jazeera, Ben-Gvir mencetuskan agar Israel menetapkan kedaulatannya di kompleks suci tersebut.
“Tempat ini penting bagi kita dan kita harus kembali dan membuktikan kedaulatan kita,” tegas Ben-Gvir dalam pernyataannya, sembari menambahkan bahwa ‘persatuan bangsa Israel itu penting’.
Orang-orang Yahudi dilarang untuk berdoa di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang juga menjadi lokasi Temple Mount yang disucikan umat Yahudi. Hal itu menjadi bagian dari perjanjian status-quo yang berlangsung sejak lama.
Namun beberapa waktu terakhir, banyak orang Yahudi yang berdoa dan menyanyi di sana, sedangkan beberapa jemaah Muslim Palestina yang ingin masuk ke kompleks suci itu malah ditolak. (hanoum/arrahmah.id)