TEL AVIV ( Arrahmah. Id) – Menteri Energi “Israel” Eli Cohen pada hari Senin mengumumkan empat syarat untuk memulai tahap kedua kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Ia juga menyatakan dukungannya untuk mencaplok Tepi Barat yang diduduki ke dalam wilayah “Israel”. Sementara itu, kanal 12 melaporkan bahwa kemungkinan dilanjutkannya pertempuran kini lebih besar dari sebelumnya.
Cohen, yang juga anggota kabinet keamanan politik-militer “Israel”, mengatakan kepada badan penyiaran “Israel” bahwa ada empat syarat sebelum transisi ke tahap kedua. Syarat-syarat tersebut adalah:
- Pembebasan semua sandera (“tawanan” asal “Israel”).
- Pengusiran Hamas dari Gaza.
- Pelucutan senjata di Gaza.
- Kontrol keamanan “Israel” atas wilayah tersebut.
Cohen menegaskan bahwa “Israel” tidak akan membebaskan tahanan keamanan (tawanan Palestina) sampai Hamas menghentikan apa yang ia sebut sebagai “upacara penghinaan” selama pembebasan mereka. Ia juga menuntut pengembalian empat jenazah tawanan serta pembebasan “sandera” Guy Dalal dan Avitar David, yang dipaksa menyaksikan rekan-rekan mereka dibebaskan pada Sabtu lalu.
Meskipun Hamas telah memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian, “Israel” justru melanggarnya dengan tidak membebaskan 620 tawanan Palestina yang seharusnya dilepaskan pada Sabtu lalu.
Dini hari Minggu, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa pembebasan tahanan Palestina ditangguhkan sampai pembebasan tawanan “Israel” bisa dilakukan tanpa apa yang ia sebut sebagai “upacara penghinaan”.
Netanyahu Mengulur Negosiasi
Pada 19 Januari lalu, kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan antara Hamas dan “Israel” mulai berlaku. Perjanjian ini terdiri dari tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari, dengan syarat bahwa negosiasi untuk tahap berikutnya harus diselesaikan sebelum menyelesaikan tahap yang sedang berjalan.
Namun, Netanyahu terus mengulur negosiasi terkait tahap kedua, yang seharusnya dimulai pada 3 Februari. Tahap ini mencakup penghentian penuh perang “Israel” di Gaza, penarikan total pasukan dari wilayah tersebut, serta pertukaran tawanan.
Utusan Trump Kunjungi Kawasan
Di sisi lain, Steve Witkoff, utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, mengatakan bahwa ia akan mengunjungi kawasan ini dalam pekan ini untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Dalam wawancara dengan CNN, Witkoff menyatakan, “Tahap pertama harus diperpanjang. Saya akan berangkat ke wilayah tersebut pekan ini—mungkin Rabu—untuk bernegosiasi. Kami berharap memiliki waktu yang cukup untuk memulai dan menyelesaikan tahap kedua serta membebaskan lebih banyak sandera.”
Tahap pertama dari kesepakatan yang terdiri dari tiga tahap ini hampir berakhir. Meskipun ada tuduhan pelanggaran dari kedua belah pihak, kesepakatan tersebut tetap bertahan sejak diberlakukan pada 19 Januari.
Saat ditanya apakah Netanyahu akan melanjutkan gencatan senjata atau kembali ke perang, Witkoff mengatakan, “Saya yakin Perdana Menteri memiliki motivasi kuat. Ia ingin membebaskan sandera, itu sudah pasti. Ia juga ingin melindungi negara ‘Israel’. Itulah mengapa ia memiliki garis merah, dan ia telah menyatakan bahwa garis merah tersebut adalah Hamas tidak boleh menjadi bagian dari pemerintahan Gaza ketika konflik ini selesai. Jadi saya pikir ia mencoba menyeimbangkan kedua hal itu.”
Rekonstruksi Gaza
Witkoff juga mengatakan kepada CBS bahwa asumsi sebelumnya mengenai waktu lima tahun untuk rekonstruksi Gaza adalah keliru. Menurutnya, pembangunan kembali wilayah yang hancur itu akan memakan waktu lebih dari 15 tahun.
Berdasarkan perkiraan terbaru PBB, rekonstruksi Gaza dapat menelan biaya sekitar 53 miliar dolar AS, dengan kebutuhan sekitar 20 miliar dolar AS dalam tiga tahun pertama.
Sebelumnya, Trump mengusulkan pengusiran lebih dari dua juta warga Palestina dari Gaza serta membangun kembali wilayah tersebut menjadi “Riviera Timur Tengah”. Namun, gagasan ini ditolak secara luas oleh dunia Arab dan komunitas internasional.
Berbeda dengan Trump, Witkoff tidak menutup kemungkinan kembalinya penduduk Gaza setelah rekonstruksi. “Saya pikir masalahnya terletak pada detailnya. Kami telah banyak berdiskusi mengenai ini. Saya tidak yakin ada masalah dengan orang-orang, dalam hal mereka kembali,” ujarnya.
(Samirmusa/arrahmah.id)