YERUSALEM (Arrahmah.id) — Menteri Keamanan Nasional Israel sekaligus sosok yang dikenal pembenci Arab dan Islam, Itamar Ben-Gvir, menyedot perhatian usai mendatangi kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, Selasa (3/1/2023).
“Temple Mount (Al Aqsa) adalah tempat paling penting bagi orang Israel, dan kami menekankan kebebasan bagi Muslim dan Kristen,” ujar Ben-Gvir seperti dikutip AFP (4/1).
Ia kemudian berujar, “Namun, umat Yahudi akan ke Temple Mount (Al Aqsa), dan mereka yang membuat ancaman harus ditangani dengan tangan besi.”
Namun, lawatan ini menuai kecaman berbagai pihak, mulai dari milisi penguasa Jalur Gaza, pemerintah Palestina, hingga pemerintah Yordania.
Selain itu, para diplomat negara-negara Arab juga cemas, kunjungan tersebut bisa memicu eskalasi konflik di kompleks Masjid Al Aqsa.
Di area itu konflik kerap pecah antara pasukan Israel dan warga Palestina yang hendak beribadah, atau warga Yahudi dan warga Palestina.
Ben-Gvir dikenal sebagai sosok yang kerap melakukan ujaran kebencian terhadap warga Arab-Israel, membela kelompok teroris Israel, dan mendukung aneksasi Tepi Barat, demikian dikutip The New Arab.
Menurut laporan i24 News, Ben-Gvir menganjurkan pencabutan warga negara bagi Arab-Israel yang melakukan penyerangan.
Kebencian terhadap warga Arab-Israel juga sempat diakui menjelang pemilihan umum pada November lalu.
“Saya sudah berubah. Saat saya bilang 20 tahun lalu bahwa saya ingin mengusir semua warga Arab, saya tak berpikir itu lagi. Namun, saya tak akan memaafkan,” kata dia seperti dikutip AFP.
Ben-Gvir mulai dikenal publik usai dengan tegas menolak Oslo Accords pada 1995, sebelum pembunuhan eks PM Israel Yitzhak Rabin.
Di usia muda, ia juga terlibat dalam kekerasan atau ujaran kebencian. Imbas aksi ini, Ben-Gvir mendapat 53 dakwaan. Namun, pengadilan banyak membatalkan tuduhan terhadap dirinya.
Rekam jejak politik dia bermula saat Ben-Gvir memutuskan bergabung dengan gerakan pemuda partai sayap kanan, Moledet.
Moledet sering mengkampanyekan warga Arab untuk keluar dari Israel.
Ben-Gvir juga sempat bergabung dengan gerakan pemuda yang lebih radikal, Partai Kach. Namun, organisasi ini tak bertahan lama.
Tel Aviv memasukkan partai ini sebagai organisasi teroris dan melarang berpartisipasi di pemerintahan Israel.
Sebelum menjadi menteri keamanan nasional, Ben Gvir sempat menjabat sebagai parlemen Israel pada 2021 lalu. Ia juga merupakan pemimpin partai sayap kanan, Partai Otzma Yehudit sejak 2013.
Selain itu, dia adalah politisi yang vokal mendukung aneksasi Tepi Barat. Ben-Gvir juga kerap menyuarakan pencabutan status quo yang melarang warga Yahudi beribadah di Temple Mount.
Ben-Gvir lahir di pinggiran Yerusalem, Mevaseret Tzion pada 1976. Ia merupakan keturunan Irak-Kurdi. (hanoum/arrahmah.id)