TEL AVIV (Arrahmah.id) – Menteri Pertahanan Israel, Amichai Eliyahu, kemarin meminta Tel Aviv untuk mengakhiri ketergantungannya pada persenjataan AS, dengan cara yang memungkinkannya untuk berperang dalam waktu yang lama tanpa perlu dukungan dari Amerika, dengan mempertimbangkan konfrontasi dengan Washington sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Eliyahu, dari Partai Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi), membuat pernyataan tersebut di 103 FM di tengah ketegangan hubungan antara Tel Aviv dan Washington akibat perang di Gaza.
“Saya pikir tentu saja ada banyak hal dalam pemerintahan ini yang tidak saya setujui, dan di antaranya adalah ketergantungan kita pada Amerika Serikat, dan pada saat yang sama saya senang bahwa Israel saat ini melakukan upaya untuk mempertahankan hubungan [dengan Washington].”
“Penting bagi kita semua untuk memahami bahwa kemitraan kita dengan AS adalah sesuatu yang harus dipertahankan, tetapi kita tidak dapat melanjutkan formula ini di mana segera setelah kita mengalami konflik dengan AS, pengiriman senjata dan dukungan Amerika dihentikan,” tambahnya, lansir MEMO (20/3/2024).
Menteri “Israel” itu melanjutkan dengan mengatakan: “Kami tidak bisa bergantung pada AS untuk menyediakan senjata bagi kami. Kami perlu memproduksi senjata sendiri dengan cara yang memungkinkan Negara ‘Israel’ bertempur untuk waktu yang lama tanpa benar-benar membutuhkan tangki oksigen Amerika yang memungkinkan kami untuk bertempur.”
Selama tiga dekade terakhir, “Israel” secara sadar -saya tidak tahu siapa yang membuat keputusan dan mengapa- mengalihkan sebagian besar produksi pertahanan kami ke tangan hak veto Amerika, yang mengarah pada kenyataan yang kami jalani saat ini, di mana kami bergantung pada persenjataan Amerika, alih-alih mengembangkan persenjataan kami sendiri,” kata Eliyahu.
AS memberikan bantuan sebesar $3,3 miliar kepada “Israel” setiap tahun, yang sebagian besar merupakan bantuan militer, sementara dana yang lebih besar telah diberikan sejak Oktober 2023 untuk memungkinkan “Israel” melanjutkan kampanye pengeboman di Gaza. (haninmazaya/arrahmah.id)