KABUL (Arrahmah.id) — Sirajuddin Haqqani, Menteri Dalam Negeri Taliban, untuk pertama kalinya mengecam pemimpin tertinggi Taliban karena memonopoli kekuasaan dan merusak pemerintahan mereka di Afghanistan.
“Monopolisasi kekuasaan dan pencemaran nama baik seluruh sistem telah menjadi hal biasa,” kata Haqqani dalam pidato kemarahannya pada upacara wisuda sebuah sekolah agama Islam di tenggara provinsi Khost akhir pekan lalu, seperti dikutip dari Al Arabiya (13/2/2023).
“Situasinya tidak bisa ditoleransi lagi,” tambahnya, tanpa menyebut nama Pemimpin Tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada, secara langsung.
Sejumlah pengamat mengatakan bahwa komentar Haqqani itu mencerminkan telah terjadi perpecahan mendalam yang muncul di dalam faksi-faksi Taliban.
Perpecahan ini diperuncing dengan perintah Akhundzada tahun lalu yang melarang perempuan dari semua pendidikan dan pekerjaan serta mendapat kecaman luar dunia internasional.
Juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, menolak komentar Haqqani tanpa menyebutkan namanya, dengan mengatakan bahwa “menurut etika Islam, amir, menteri, atau pejabat pemerintah tidak boleh dikritik secara terbuka dan sedemikian rupa untuk menghinanya.”
Haqqani, pemimpin Jaringan Haqqani, yang masuk dalam daftar teroris paling dicari Amerika Serikat, adalah salah satu pemimpin Taliban yang diduga kuat berseberangan dengan Akhundzada.
“Kelangsungan hidup pemerintah bergantung pada bagaimana kita memperlakukan rakyat,” kata Haqqani. “Pemerintah sebelumnya korup dan tidak bertahan karena menindas dan memperlakukan orang dengan buruk. Jika kita memperlakukan orang dengan baik, pemerintahan kita akan bertahan lebih lama.”
Selain Haqqani, menteri pertahanan negara itu, Mullah Mohammad Yaqoob, yang juga anak dari amir Taliban terdahulu Mullah Omar, termasuk ke dalam tokoh yang berseberangan dengan Akhundzada khususnya terkait akses lebih besar untuk perempuan.(hanoum/arrahmah.id)