RAMALLAH (Arrahmah.id) — Menteri Pelayanan Publik dan Administrasi Afrika Selatan (Afsel) Noxolo Kiviet mengunjungi Turmus Ayya, sebuah kota di timur laut Ramallah yang menjadi target serangan pemukim Yahudi Israel belum lama ini, Jumat (30/6/2023). Dia menangis ketika melihat langsung dampak penyerangan para pemukim Israel yang menghancurkan puluhan rumah warga Palestina.
Dalam kunjungannya ke Turmus Ayya, seperti dilansir Wafa (30/6/2023), Kiviet didampingi beberapa pejabat Palestina. Perasaan Kiviet teraduk antara terkejut, sedih, dan marah ketika menyaksikan puluhan rumah warga Palestina di sana rusak akibat diserang serta dibakar oleh para pemukim Yahudi Israel. Tak hanya rumah, aksi pembakaran juga mengincar mobil milik warga Palestina.
Kiviet mengaku tak percaya aksi penyerangan brutal semacam itu masih terjadi di tahun 2023.
“Pengalaman orang-orang di sini mengerikan, traumatis, serta menyedihkan, terutama bagi orang-orang yang berasal dari Afsel dan hidup dalam keadaan yang sama,” ucapnya, dikutip laman kantor berita Palestina, Wafa.
Dalam kunjungannya, Kiviet pun sempat menyambangi rumah Omar Jabara, warga Palestina berusia 27 tahun yang tewas ketika para pemukim Yahudi menyerang kota Turmus Ayya. Dia bertemu dengan istri dan anak-anak Jabara, kemudian menyampaikan belasungkawa.
“Apa yang terjadi di Palestina menggambarkan apa yang terjadi di Afsel dalam hal rasialisme serta segregasi ras dan agama. Itulah mengapa kami melakukan kunjungan ini untuk mendukung warga, menyampaikan belasungkawa, dan mendukung mereka,” kata Kiviet.
Dia menekankan, aksi kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan. Oleh sebab itu dia berharap serangan ke Turmus Ayya merupakan yang terakhir. Kiviet juga menegaskan pentingnya menerapkan resolusi PBB dan legitimasi internasional yang menjamin berdirinya negara Palestina merdeka.
Pekan lalu Palestina menuding pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas meningkatkan aksi kekerasan yang dilakukan para pemukim Yahudi Israel terhadap warga Palestina.
“Ini mencerminkan kebijakan yang diadopsi oleh pemerintahan sayap kanan Netanyahu serta merupakan cerminan langsung dari kampanye hasutan untuk membunuh warga Palestina, terutama oleh ekstremis rasialis seperti (Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar) Ben-Gvir dan para pengikutnya,” kata Kementerian Luar Negeri Palestina, 24 Juni 2023 lalu.
“Koalisi Israel yang berkuasa secara sistematis merusak setiap upaya regional dan internasional untuk memulihkan cakrawala politik guna menyelesaikan konflik, serta menciptakan lebih banyak eskalasi dalam upaya memaksakan logika pendudukan militer,” tambah Kemenlu Palestina.
Kemenlu Palestina juga mengutuk peningkatan kejahatan dan pelanggaran oleh pasukan Israel terhadap rakyat Palestina. Palestina meminta masyarakat internasional menghentikan kebijakan standar ganda dalam menangani hukum internasiona, resolusi legitimasi internasional, dan perjanjian yang ditandatangani di bawah naungan internasional. (hanoum/arrahmah.id)