KABUL (Arrahmah.id) – Wakil Menteri Pekerjaan Umum (MoPW), Din Mohammad Haqbin, mengatakan bahwa 95 persen dari populasi Afghanistan tidak ingin wanita bekerja di masyarakat.
Wakil Menteri Din Mohammad Haqbin dalam sebuah wawancara dengan Tolo News mengatakan bahwa Imarah Islam Afghanistan dalam sebuah dekrit menciptakan peluang bagi para janda untuk bekerja.
“Dari 100 persen, 95 persen orang Afghanistan tidak ingin wanita mereka bekerja. Hanya lima persen orang yang membuat pernyataan tentang itu (perempuan bekerja), dan mereka dilatih oleh orang asing, tetapi klaim ini tidak akurat,” katanya.
Sementara itu, seorang aktivis hak-hak perempuan, Suraya Paikan, mengatakan bahwa akses perempuan untuk bekerja bermanfaat bagi masyarakat.
“Sangat penting bagi perempuan untuk memiliki akses terhadap pekerjaan. Di satu sisi mereka dapat melayani orang dan masyarakat dan di sisi lain, perempuan memiliki hak untuk menjadi pemilik properti berdasarkan ketetapan Al-Quran. Perempuan dapat menjadi pemilik properti, ketika mereka memiliki penghasilan,” katanya, lansir Tolo News (13/7/2023).
Haqbin mengatakan bahwa negara lain seharusnya tidak ikut campur dalam masalah akses perempuan untuk bekerja.
“Mengapa mereka mencampuri masalah ini? Setiap negara memiliki tradisi, agama, dan hukumnya masing-masing. Bahkan dinyatakan dalam hukum PBB bahwa setiap agama harus dihormati. Kami tidak ingin orang Barat memaksakan hukum mereka kepada kami,” katanya.
Haqbin juga mengatakan bahwa ratusan ribu janda membutuhkan bantuan mendesak di negara tersebut.
“Pemimpin Imarah Islam, dalam sebuah keputusan baru, memerintahkan kami untuk menyediakan pekerjaan bagi para janda dan kami memiliki program untuk menyediakan pekerjaan bagi 1.000 wanita ini,” katanya. (haninmazaya/arrahmah.id)
Memprihatinkan.. Salah satu contoh dr Negeri Islam yang tidak Islami…