SURAKARTA (Arrahmah.com) – Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri mendorong agar pesantren menjadi garda terdepan dalam melunakkan gerakan radikalisasi agama dan turut memelopori gerakan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Sejak jaman dahulu pesantren telah memelopori perjuangan bangsa. Sebagai elemen pemersatu bangsa saat melawan penjajah, pesantren terbukti telah memunculkan tokoh-tokoh bangsa yang gigih melawan penjajahan,” kata Salim Segaf Al-jufri, di sela Safari Ramadan di Pesantren Darul Mustafa, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (27/8/2010) malam.
Salim menganggap sangat kecil kemungkinan pesantren yang terkena “intrusi” (perembesan) ajaran-ajaran agama yang bersifat radikal, karena sejak puluhan tahun lalu, pesantren mengembangkan tradisi damai.
Ia menegaskan justru pesantren telah menjadi penyejuk dan memberikan kedamaian terhadap masyarakat sekitar
“Saya tidak pernah melihat pesantren membuat susah masyarakat. Justru pesantren menjadi benteng dari para pejuang melawan penjajah,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa, banyak pihak yang menyudutkan pesantren menjadi penyebar idiologi radikal, yang mengilhami teroris melakukan aksinya di Indonesia dan berbagai belahan dunia.
Namun, katanya, intrusi gerakan radikal tidak hanya bisa terjadi di pesantren, tapi juga di kampus-kampus, masjid-masjid dan di lembaga lainnya.
“Kalau ada individu pesantren yang menjadi inspirasi gerakan radikal itu hanya sebatas individunya. Jangan salahkan pesantrennya, karena sebenarnya terorisme itu tidak ada sangkut pautnya dengan pesantren dan agama,” katanya.
Menurut Salim Segaf, agama (Islam) sudah limabelas abad hadir di bumi ini, dan selama itu terbukti pemeluknya telah merasakan kedamaian dalam memeluk agama.
Sedangkan terorisme yang dituduhkan terkait dengan agama baru marak beberapa tahun ini saja. “Jadi terbukti bukan agama penyebab maraknya terorisme itu,” ujarnya.
Agar terhindar dari pandangan yang menyudutkan pesantren sebagai “sarang” teroris, Segaf mengajak seluruh warga pesantren untuk membuktikan diri bahwa mereka penebar kedamaian dan kesejukan.
“Pesantren harus menunjukan itu dengan berperilaku yang baik mengikuti tuntunan agama. Jika itu bisa ditunjukan pesantren, tuduhan miring itu akan mental dengan sendirinya,” katanya. (ant/arrahmah.com)