GROZNY (Arrahmah.id) — Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mengaku mendapat perintah dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menangguhkan pertempuran di Ukraina karena saat ini sedang bulan Ramadhan. Namun, dia menolak karena menurutnya Ramadhan justru bulan untuk berjihad.
Pemilik nama lengkap Ramzan Akhmadovich Kadyrov itu mengatakan, Putin beranggapan rasa lapar dan haus saat puasa akan berpengaruh pada kemampuan pasukan Chechnya berperang.
“Presiden Putin meminta saya untuk menangguhkan pekerjaan saya (berjuang bersama pasukan Rusia di Ukraina) di bulan Ramadhan karena rasa lapar dan haus mempengaruhi kemampuan dalam perang. Tetapi saya mengatakan kepadanya bahwa Ramadhan adalah bulan penaklukan dan jihad yang sesungguhnya dan itu pahalanya ganda,” kata Kadyrov, dalam pernyataan pers yang dilaporkan media Rusia, dikutip dari Shafaq (5/4/2022).
Menurut Kadyrov, Putin terkejut ketika dia mengatakan, para pasukan Chechnya yang berjuang bersama pasukan Rusia, memperoleh kekuatan spiritual dari berpuasa.
“Tuan Putin tersentuh oleh kebesaran Islam. Dia terkejut ketika saya mengatakan kepadanya bahwa kami memperoleh kekuatan spiritual dari berpuasa,” katanya.
Kadyrov mengumumkan para pejuang Chechnya bertempur bersama tentara Rusia di Ukraina pada 25 Februari lalu. Dalam pidatonya, dia mengatakan Putin telah membuat keputusan yang tepat dan pejuang Chechnya akan mengikuti perintahnya.
Kadyrov diketahui naik ke tampuk kekuasaan di Chechnya pada 15 Februari 2007, lewat dekrit yang ditandatangani Putin. Dia sering menyebut dirinya sebagai kaki tangan Putin dan perkataannya seolah penyambung lidah pemimpin Rusia itu.
Nama Ramzan Kadyrov menjadi sorotan setelah memerintahkan pengiriman 12.000 pasukan ke Ukraina untuk membantu Rusia. Ini bukan pertama kali Kadyrov mengerahkan pasukan ke luar negeri untuk membantu pasukan Putin. Dia juga mengirim pasukan untuk mendukung operasi militer Rusia ke Suriah dan Georgia.
Pria kelahiran 5 Oktober 1976 itu dulunya pemberontak Chechnya. Ayahnya adalah mantan Presiden Chechnya Akhmad Kadyrov yang dibunuh oleh mujahidin pada Mei 2004 karena dianggap berkolaborasi dengan Rusia
Pada Februari 2007, Kadyrov menggantikan Alu Alkhanov sebagai Presiden. Saat itu dia berusia 30 tahun, batas umur minimal untuk menjadi presiden di Chechnya. Saat itu Kadyrov sudah mendapat dukungan dari Putin bahkan dianugerahi medali Pahlawan Rusia, gelar kehormatan tertinggi Rusia. (hanoum/arrahmah.id)