INDIA (Arrahmah.com) – Seorang muazin di Hooghly’s Chinsurah mengatakan dia ditampar oleh seorang pemuda tak dikenal karena menolak menyanyikan “Jai Shri Ram” pada dini hari Rabu (14/4/2021).
Mohammed Sufiuddin (54), seorang penduduk Chakbazar di Chinsurah, mengatakan bahwa sekitar pukul 03.45 pagi ketika dia sedang mengendarai sepeda ke masjid tiba-tiba dicegat tiga orang pemuda. Ketiga pemuda memaksanya untuk melantunkan “Jai Shri Ram ”.
“Saya memberi tahu mereka tentang identitas agama saya dan meminta mereka untuk tidak memaksa saya mengucapkan hal tersebut. Mendengar itu, salah satu pemuda memukul saya dengan keras hingga saya terjatuh. Para pemuda itu kemudian melarikan diri dari tempat kejadian. Tidak ada orang yang melihat karena masih terlalu pagi,” kata Sufiuddin kepada Telegraph India (15/4).
Pasca pemukulan, Sufiuddin, yang telah bekerja sebagai muazin di masjid setempat selama enam tahun terakhir, mengajukan pengaduan ke kantor polisi Chinsurah terhadap tiga orang tak dikenal.
“Kami telah menerima pengaduan dan memulai penyelidikan,” kata Gaurav Sharma, komisaris polisi Chandernagore.
“Jai Shri Ram” telah diubah menjadi seruan perang oleh partai ekstrim Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) sejak pemilihan umum 2019.
Namun para pemimpin BJP mengatakan partai itu tidak akan pernah memaksa siapa pun untuk meneriakkan “Jai Shri Ram”.
“Partai kami tidak pernah memaksa siapa pun untuk meneriakkan ‘Jai Shri Ram’. Saya tidak tahu apakah pelakunya termasuk pihak kami. Jika ada orang, bahkan jika mereka dari partai kami, dituduh melecehkan orang tersebut, saya akan meminta polisi untuk mengambil tindakan terhadap mereka,” kata Gautam Chatterjee, presiden BJP di Hooghly.
Sufiuddin sendiri mengatakan bahwa sejak BJP memenangkan 18 kursi di Bengal dalam jajak pendapat Lok Sabha 2019, ada kecenderungan untuk melecehkan orang-orang seperti dia oleh orang-orang yang terkait dengan partai.
“Ini bukan yang pertama kali terjadi pada saya. Tak lama setelah hasil jajak pendapat 2019 diumumkan, seorang pemuda, yang merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar, mengatakan, ‘Kaka, Jai Shri Ram bolo’ (Paman, nyanyian Jai Shri Ram). Tapi sebelum saya sempat membalas pemuda itu, salah seorang temannya menegurnya dan memintanya untuk tidak memaksa saya melantunkan Jai Shri Ram,” kata Sufiuddin.
Sufiuddin mengatakan dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan dipukul karena identitas agamanya di kota Chinsurah, tempat dia tinggal selama bertahun-tahun.
“Mereka hanya memukul saya sekali tapi saya mengajukan pengaduan ke polisi untuk memberi mereka pelajaran. Jika polisi mengambil langkah, mereka tidak akan berani melakukan hal seperti itu di masa depan. Itu bukan budaya daerah tempat saya tinggal sejak kecil, ”kata Sufiuddin.
Pada Juli 2019, lima pria dicap sebagai pencuri ternak dan dipukuli setelah mereka menolak menyanyikan “Jai Shri Ram” di Dinajpur Utara. (hanoum/Arrahmah.com)