ANKARA (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Selasa (24/9/2019) menegaskan kembali kekhawatiran Ankara setelah kemungkinan gelombang yang dihasilkan dari Idlib, Suriah, mengatakan negaranya akan paling terpukul, lapor Anadolu Agency.
Cavusoglu berbicara pada pertemuan tingkat tinggi tentang krisis Suriah di markas PBB di New York.
“Lihat saja Idlib. Bencana sedang berlangsung di depan mata kita,” kata Cavusoglu. “Turki akan menjadi negara yang paling terkena dampak jika krisis kemanusiaan memburuk.”
Turki dan Rusia sepakat pada September lalu untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Namun, rezim Suriah dan sekutu-sekutunya secara konsisten telah melanggar ketentuan-ketentuan gencatan senjata, dengan sering meluncurkan serangan di dalam zona de-eskalasi.
Daerah ini saat ini dihuni oleh sekitar 4 juta warga sipil, termasuk ratusan ribu orang yang terlantar dalam beberapa tahun terakhir oleh pasukan rezim dari kota-kota di seluruh negara yang lelah perang.
Turki memperingatkan bahwa agresi lebih lanjut oleh rezim dan sekutu-sekutu Suriah mungkin memicu masuknya jutaan pengungsi ke Turki, yang saat ini menampung lebih dari 3,6 juta warga Suriah yang terlantar, menjadikannya negara tuan rumah pengungsi-top dunia.
“Populasi Idlib hampir sama dengan jumlah warga Suriah di Turki. Kami tidak dapat menangani gelombang baru,” kata Cavusoglu dan menambahkan bahwa konferensi internasional dengan Libanon, Yordania, dan Irak untuk membahas kembalinya warga Suriah sedang direncanakan akan diadakan di Turki.
“Kami berharap bahwa UE akan menjadi bagian darinya. Kami akan mengundang UNHCR dan negara-negara lain yang relevan dan aktor internasional,” katanya mengacu pada Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.
(fath/arrahmah.com)