RIYADH (Arrahmah.com) – Kesepakatan normalisasi antara Arab Saudi dan “Israel” akan menguntungkan kawasan itu, kata menteri luar negeri kerajaan, menambahkan bahwa kesepakatan potensial “sangat bergantung pada kemajuan proses perdamaian”.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud, dalam sebuah wawancara pada Kamis (1/4/2021), menambahkan bahwa “normalisasi status “Israel” di dalam kawasan akan membawa manfaat yang luar biasa bagi kawasan secara keseluruhan”.
“Ini akan sangat membantu secara ekonomi, sosial dan dari perspektif keamanan,” katanya dalam wawancara dengan CNN, menambahkan bahwa itu hanya mungkin jika sebuah negara Palestina dalam perbatasan tahun 1967 diserahkan.
Arab Saudi sebelumnya telah membuat komentar serupa, mengatakan pihaknya hanya akan menormalkan hubungan dengan “Israel” jika seiring dengan rencana untuk memberikan negara berdaulat kepada Palestina.
“Apa yang kami butuhkan untuk mewujudkannya adalah kesepakatan damai yang mewujudkan negara Palestina dengan bermartabat dan dengan kedaulatan yang bisa diterapkan yang dapat diterima oleh warga Palestina,” kata Pangeran Faisal pada Desember tahun lalu.
Dia menambahkan pada saat itu bahwa normalisasi hubungan dengan “Israel” telah lama menjadi bagian dari visi Arab Saudi, dengan mengatakan bahwa kerajaan membayangkan suatu langkah sebagai pertukaran untuk pembentukan negara Palestina dalam garis perbatasan tahun 1967.
Pada September tahun lalu, Uni Emirat Arab dan Bahrain menandatangani Perjanjian Abraham untuk menormalkan hubungan dengan “Israel”. Sudan dan Maroko sejak itu mengikutinya.
Kesepakatan itu adalah yang pertama sejak pengakuan “Israel” oleh Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Perjanjian tahun lalu, yang ditengahi oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump, termasuk pembekuan “Israel” atas rencana aneksasi tanah Palestina.
Pejabat Palestina mengutuk normalisasi itu sebagai “tusukan di belakang perjuangan Palestina dan rakyat Palestina”.
Solusi dua negara untuk konflik Palestina-“Israel” dilansir sangat mencerminkan Inisiatif Perdamaian Arab, yang diusulkan oleh Arab Saudi pada tahun 2002.
Inisiatif tersebut menyerukan untuk menormalisasi hubungan antara “Israel” dan negara-negara Arab lainnya dengan imbalan penarikan penuh oleh “Israel” dari tanah yang didudukinya dalam perang 1967, termasuk wilayah yang diduduki: Dataran Tinggi Golan, Yerusalem Timur, dan Tepi Barat.
Inisiatif tersebut didukung kembali selama bertahun-tahun oleh Liga Arab tetapi tidak pernah dilaksanakan, karena “Israel” melanjutkan pendudukan dan perluasan pemukimannya di Tepi Barat. (Althaf/arrahmah.com)