NEW YORK (Arrahmah.id) – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, memilih walkout saat Duta Besar “Israel” untuk Amerika Serikat dan PBB, Gilad Erdan, berpidato di debat terbuka Dewan Keamanan (DK) PBB di New York, Amerika Serikat.
Sejumlah diplomat lainnya juga melakukan hal yang sama saat Erdan mulai berbicara.
Sebagaimana diketahui, debat terbuka DK PBB ini merupakan yang ketiga dalam 3 bulan terakhir.
Indonesia hadir dalam ketiga sidang PBB tersebut sebagai wujud konsistensi Indonesia dalam mendukung perjuangan Palestina.
Saat dimintai konfirmasi, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, membenarkan walkout yang dilakukan Menlu Retno saat perwakilan “Israel” berbicara di forum tersebut.
“Menlu Retno dan ketua delegasi sejumlah negara lainnya keluar dari ruangan saat watap ‘Israel’ menyampaikan statement-nya,” kata Lalu, pada Kamis (25/1/2024), seperti dilansir detik.
Sebelumnya, Menlu RI mendesak agar DK PBB betindak menghentikan genosida yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat, Palestina.
“Di dalam pernyataan di Dewan Keamanan PBB tadi, saya ingatkan bahwa Dewan Keamanan PBB memiliki mandat untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan bukan untuk menoleransi perang, apalagi genosida,” ujar Retno Marsudi dalam YouTube MoFA Indonesia, Rabu (24/1/2024).
Retno juga menyinggung piagam PBB yang mengatur tentang resolusi DK PBB yang patut dilaksanakan dan mengikat.
“Saya juga mengingatkan piagam PBB secara jelas mengatur bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB bersifat mengikat dan harus dilaksanakan, pertanyaan saya kepada Dewan Keamanan PBB adalah ‘sudah berapa banyak resolusi mengenai Palestina telah diadopsi? Dan berapa banyak yang telah dilaksanakan?’” katanya.
“Sebagai catatan teman-teman, pertanyaan tersebut memang sengaja saya sampaikan ke Dewan Keamanan karena saya melihat banyak resolusi yang dilanggar terkait Palestina namun tidak pernah ada sanksi kepada para pelanggar,” lanjutnya.
Retno juga menyoroti aksi militer yang meluas di luar wilayah Gaza dan ancaman perang di Kawasan Timur Tengah. Sehingga, ia mendesak untuk dilakukannya gencatan senjata permanen antara “Israel” dan Palestina.
“Pentingnya terciptanya gencatan senjata segera dan permanen. Ini akan menjadi game changer untuk segala hal,” kata Retno.
Menurutnya, gencatan senjata permanen akan membuat proses solusi dua negara berjalan dan dapat mengatasi situasi kemanusiaan di Gaza.
“Yang paling penting ini akan menyediakan ruang untuk mengatasi situasi kemanusiaan di Gaza, memulai upaya rekonstruksi pasca-konflik, dan proses solusi dua negara. Saat yang sama, penting untuk terus mendukung upaya senior humanitarian and reconstruction coordinator untuk membuka jalan bagi pengiriman bantuan kemanusiaan di Gaza,” pungkasnya. (Rafa/arrahmah.id)