GAZA (Arrahmah.id) — Menteri Luar Negeri Palestina Waleed Siam pada Selasa (6/8/2024) menggarisbawahi persamaan antara “kengerian yang tak terlukiskan” antara pengeboman nuklir Hiroshima dan serangan Israel di Jalur Gaza.
Pemerintah Hiroshima menjamu diplomat asing, termasuk dari Israel, untuk memperingati serangan bom di Jepang oleh Amerika Serikat (AS).
Namun, Waleed Siam dari Palestina tidak diundang oleh pemerintah setempat yang menentang tuntutan publik untuk tidak mengundang pejabat dari Israel yang terlibat dalam serangan yang menghancurkan terhadap Gaza.
AS menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, dan Nagasaki pada 9 Agustus, yang mengakibatkan sedikitnya 140.000 kematian pada akhir tahun itu.
Jepang memperingati hari kekejaman tersebut yang ke-79 tahun dan para peserta acara perdamaian di Hiroshima mengheningkan cipta pada pukul 8.15 pagi (2315GMT), waktu ketika AS menjatuhkan bom nuklir pertama pada 1945.
“Sebagai seorang warga Palestina yang menanggung kenyataan brutal di Gaza, saya berdiri di hadapan Anda dengan amarah yang membara dan tuntutan tanpa henti untuk pembebasan dan kebebasan,” kata Siam dalam pidato virtual, dikutip dari Anadolu Agency (7/8).
Jepang tidak mengakui negara Palestina tetapi menjadi tuan rumah Misi Umum Palestina di Tokyo.
“Keberadaan kami dirusak oleh cengkeraman penindasan Israel yang mencekik, dan penderitaan yang kami hadapi adalah akibat langsung dari penindasan yang kejam selama puluhan tahun,” kata Siam kepada para aktivis perdamaian yang berkumpul di Hiroshima.
Namun, dia mengatakan bahwa rakyatnya “tidak akan meninggalkan” Gaza.
“Kami tangguh, ini tanah kami dan tidak ada kekuatan yang dapat memaksa kami keluar dari tanah kami. Kami akan melawan untuk mengakhiri pendudukan militer yang buruk ini,” kata dia.
Menyoroti bagaimana para penyintas pengeboman Hiroshima “menjadi saksi kengerian yang tak terlukiskan,” Siam mengatakan, “Kami juga menanggung luka-luka dari kampanye tanpa henti untuk menghapus kami.” (hanoum/arrahmah.id)