TEHERAN (Arrahmah.com) – AS bertindak sendiri terhadap Teheran dan sekutunya terlalu “malu” untuk bergabung dengan pasukannya di Teluk, kata diplomat tinggi Iran kemarin (5/8/2019), menolak seruan Washington untuk pembicaraan yang dianggapnya sebagai omong kosong.
Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif juga mengkonfirmasi bahwa dia telah menolak tawaran untuk bertemu Presiden Donald Trump bulan lalu meskipun AS mengancam memberi sanksi terhadapnya.
“Hari ini Amerika Serikat sendirian di dunia dan tidak dapat membuat koalisi. Negara-negara yang merupakan temannya terlalu malu untuk berkoalisi dengan Amerika,” kata Zarif dalam konferensi pers.
“Mereka (AS) membawa situasi ini pada diri mereka sendiri, dengan melanggar hukum, dengan menciptakan ketegangan dan krisis.”
Teheran dan Washington telah dikunci dalam pertempuran tegang sejak tahun lalu ketika Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 yang menempatkan pembatasan pada program nuklir Iran dan mulai menerapkan kembali sanksi.
Ketegangan telah meningkat sejak pemerintahan Trump mulai meningkatkan kampanye “tekanan maksimum” terhadap Iran.
Drone telah jatuh dan tanker ditangkap oleh pemerintah Iran atau diserang secara misterius di perairan Teluk, sementara Inggris telah menahan sebuah kapal tanker Iran di Gibraltar.
Pada puncak krisis, Trump membatalkan serangan udara terhadap Iran pada menit terakhir bulan Juni setelah pasukan republik Islam tersebut menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak AS.
Iran mengatakan pada Minggu (4/8) pasukannya telah menyita sebuah tanker “asing” yang membawa bahan bakar selundupan sebagai perebutan ketiga dalam waktu kurang dari sebulan di perairan Teluk – saluran untuk sebagian besar minyak mentah dunia.
Bulan lalu Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan mereka telah menyita MT Riah yang berbendera Panama karena dugaan penyelundupan bahan bakar serta Stena Impero yang berbendera Inggris karena melanggar “aturan maritim internasional”.
Menanggapi insiden tersebut, AS telah berusaha untuk membentuk koalisi yang misinya – dijuluki Operasi Sentinel – yang dikatakannya adalah untuk menjamin kebebasan navigasi di Teluk.
Tetapi seruan itu tak bersambut. Negara-negara Eropa menyambutnya dengan diam dan diyakini khawatir akan terseret ke dalam konflik. (Althaf/arrahmah.com)