NEW DELHI (Arrahmah.com) – Seorang petugas polisi senior Gujarat telah menuduh menteri luar negeri India, Narendra Modi, memiliki keterlibatan dalam pembantaian umat Islam selama kerusuhan yang menyapu negara itu pada tahun 2002, sebuah laporan mengatakan pada Jumat (22/4/2011).
Dalam surat pengakuan yang diajukan di Mahkamah Agung India, petugas yang bernama Sanjeev Bhatt, mengutip Modi yang mengatakan bahwa umat Hindu harus “diizinkan untuk melampiaskan kemarahan mereka”, Press Trust of India mengatakan.
Modi, seorang anggota terkemuka dari partai Hindu nasionalis, Bharatiya Janata, yang disebut-sebut sebagai perdana menteri masa depan, telah lama dituduh oleh kelompok hak asasi manusia seolah menutup mata terhadap kekerasan yang menewaskan sekitar 2.000 Muslim di negerinya.
Dia selalu membantah melakukan kesalahan terkait dengan kerusuhan.
Bhatt mengatakan dalam pengakuannya bahwa ia menghadiri pertemuan diadakan oleh Modi pada Februari 2002 (puncak pembantaian). Modi meminta petugas polisi untuk membantu kebrutalan itu.
Kerusuhan terjadi setelah 59 peziarah Hindu tewas dalam kebakaran di sebuah stasiun kereta api di Gujarat, yang memicu sebuah reaksi anti-Islam sehingga mengakibatkan munculnya sejumlah kekerasan agama terburuk di India sejak kemerdekaannya dari Inggris tahun 1947.
Massa dari umat Hindu mengamuk di lingkungan Muslim selama tiga hari pertumpahan darah.
Pengakuan Bhatt ini diajukan sehubungan dengan penyelidikan khusus kerusuhan yang berlangsung di India selama beberapa tahun yang lalu dan diperkirakan akan ditangani secara terpisah oleh Mahkamah Agung pada tanggal 27 April mendatang.
Press Trust of India mengatakan Bhatt telah mengkonfirmasi pengajuan surat pengakuan itu tetapi menolak untuk mengungkapkan isinya.
Kesimpangsiuran mengenai siapa pelaku dari insiden di kereta api ini telah menjadi subyek perselisihan sengit antara Hindu India dan masyarakat Muslim.
Bulan lalu pengadilan menjatuhkan 11 vonis hukuman mati kepada dan 20 vonis penjara seumur hidup kepada Muslim yang dituduh membakar umat Hindu hidup-hidup dalam kobaran api.
Putusan pengadilan dipandang diskriminatif dan mendukung umat Hindu serta memperlihatkan konspirasi untuk mendiskreditkan umat Islam di balik tersulutnya kekerasan atas nama agama di India. (althaf/arrahmah.com)