MEDAN (Arrahmah.com) – Terkait adanya pemberitaan tentang kontrol media social oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul Sembiring mengaku tidak pernah mengeluarkan pernyataan akan mengontrol sosial media seperti twitter, facebook atau jejaring sosial lainnya.
“Wartawan salah dengar dan salah kutip,” katanya usai memberikan ceramah dalam tablig akbar menyambut Ramadhan di Masjid Perjuangan 45 di Medan, Ahad (17/7/2011).
Menkominfo menyayangkan adanya pemberitaan yang tidak tepat terkait imbauannya dalam penggunaan media sosial yang ada. Ketika mengunjungi SD 01 Menteng, Jakarta, pihaknya hanya mengimbau agar kalangan guru mengawasi murid-muridnya dalam penggunaan internet dan twitter.
Hal itu disebabkan penggunaan internet belakangan ini cukup memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam ekonomi, politik, dan strata sosial.
Namun salah seorang wartawan media online di Jakarta justru membuat berita bahwa Menkominfo Tifatul Sembiring akan mengontrol twitter dan media sosial lainnya.
“Jadi, menurut saya, itu `split` informasi. Coba putar lagi rekamannya (pidato Menkominfo), saya tidak pernah mengatakan akan mengontrol twitter,” katanya.
Menkominfo mengatakan, pihaknya telah menyampaikan hak jawab atas pemberitaan yang kurang tepat itu ke pengelola media online tersebut. Namun pemberitaan yang dibuat masih memuat pernyataan yang salah itu yakni Menkominfo Tifatul Sembiring akan mengontrol twitter dan sosial media lainnya.
Ironisnya pemberitaan yang salah itu justru diulas oleh sebuah televisi swasta nasional, termasuk sejumlah pengamat komunikasi dan politik.
“Akhirnya, jadi ngaco semua. (malah terkesan) menjadi provokasi,” kata mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Tifatul menegaskan jika pemerintah, khususnya Kementerian Kominfo tidak pernah melakukan atau membuat rencana untuk mengekang sosial media yang ada.
Pihaknya hanya mengeluarkan imbauan agar pengunaan media sosial seperti twitter, facebook dan jejaring sosial lainnya menggunakan fasilitas yang ada dengan baik, termasuk dengan menggunakan kata-kata yang sopan.
“Saya menginginkan agar mereka tidak memaki, apalagi menghujat agama, suku, dan ras. Itu yang saya imbau, jangan dibelok-belokkan,” katanya.
Sementara itu, terkait menjelang bulan Raadhan Tifatul mengimbau pengelola media massa untuk menghormati umat Islam yang akan menunaikan ibadah puasa dalam bulan suci Ramadhan.
“Diimbau agar tidak menampilkan tayangan yang dapat merusak kekusukan ibadah puasa,” katanya.
Tifatul mengungkapkan, media massa diharapkan dapat membantu umat Islam dalam meningkatkan ketaqwaan melalui ibadah puasa. Oleh karena itu, pengelola media massa tersebut diimbau untuk tidak membuat gambar, tayangan, atau program yang kontraproduktif dengan pelaksanaan ibadah puasa.
Ia mencontohkan, promosi atau program lomba makan yang ditayangkan pada siang hari ketika umat Islam sedang melaksanakan puasa.
“Kalau bisa, agar tayangkan hiburan yang bersifat rohani,” katanya.
Selain itu, diharapkan pengelola siaran televisi untuk tidak menampilkan program yang dibawakan oleh presenter berpakaian seronok dan tidak sopan.
“Jangan pula ketika orang berpuasa, presenter yang membawa program televisi menggunakan pakaian seronok dan seksi,” ujarnya.
Sebenarnya, menurut dia, imbauan moral kepada pengelola media massa itu juga disampaikan pada bulan-bulan lain di luar bulan suci Ramadhan.
Menkominfo mengatakan, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dari imbauan itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), termasuk dengan mengundang pengelola media massa. Semua itu dilakukan untuk menjaga kekusukan masyarakat dalam bulan suci Ramadhan, katanya menambahkan. (ans/arrahmah.com)