JAKARTA (Arrahmah.id) – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku telah salah mengupayakan pencegahan stunting dalam memenuhi kebutuhan gizi anak melalui biskuit. Meski demikian, menurutnya, para orang tua masih banyak yang abai dengan pemilihan sumber protein makanan untuk anak.
Dia pun mengaku prihatin dengan masalah gizi anak di Indonesia. Menkes mengingatkan bahaya stunting karena asupan makanan yang kurang baik pada anak.
“Penting di sini makanannya protein hewani. Saya dimarahi semua profesor-profesor gizi karena saya kasih biskuit, salah,” kata Menkes dalam Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1/2023).
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia tahun 2021, angka stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 24,4 persen. Angka tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 27,7 persen.
Namun, masih butuh upaya keras untuk mencapai target penurunan stunting tahun 2024 sebesar 14 persen. Data SSGI 2019-2021 menunjukkan stunting terjadi sejak bayi masih dalam kandungan.
Kemudian meningkat paling banyak pada rentang usia 6 bulan yaitu 13,8 persen ke 12 bulan sebesar 27,2 persen. Data ini didapat dari SSGI tahun 2019.
Dari data tersebut, masyarakat dapat melihat pentingnya pemenuhan gizi mulai saat ibu hamil, menyusui dan gizi pada MP-ASI balita. Masa-masa tersebut, khususnya saat anak baru mulai MPASI di usia enam bulan, rawan stunting bila salah memilih asupan.
“Bukan biskuit, bukan sayur, bukan nasi, tapi protein hewani. Itu telur, ikan atau ayam,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)