MAKASSAR (Arrahmah.com) – Jelang pemilu kesumpekan semakin bertambah-tambah mengitari sekitar ruang publik masyarakat. Media massa salah satunya, yang seharusnya berfungsi sebagai cek and balances, hari ini tak. Para pemilik media mainstream yang notabene kapitalis tulen menjadi pemain dalam percaturan politik 2014 ini.
“Menjelang perhelatan politik 2014, Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif, temperatur politik sudah mulai memanas sementara media menjadi mediator pertarungan politisi,” kata Ketua Panitia Diskusi Akhir Tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Makassar Amir, lansir Antara Jumat (27/12/2013).
Dibandingkan Pemilu 2009, Pemilu 2014 sudah bergeser, karena politisi tidak hanya memakai mesin politik partai, melainkan juga memanfaatkan media massa untuk pencitraan mereka.
Sejumlah politisi mendirikan media massa untuk mendukung kepentingan politiknya.
Menurutnya, para politisi berasumsi, pihak yang menguasai informasilah yang akan menjadi pemenang, sehingga dana hingga triliunan rupiah bukan jumlah besar untuk digelontorkan demi kepentingan itu.
Sementara politisi yang tak memiliki media sendiri, akhirnya banyak mendekati media dan jurnalis. Mereka rela mengucurkan banyak duit agar terus tampil di media.
“Celakanya, kepentingan politik praktis ini bergayung sambut karena ada media dan jurnalis yang rela menanggalkan independensinya,” ucapnya. Musibah, wal ‘yadzu billah. (azm/arrahmah.com)