Oleh: Dina Wachid
(Arrahmah.com) – “Sesungguhnya ulama adalah para pewaris dari para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar atau dirham melainkan mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya (ilmu), maka dia telah mengambil bagian yang cukup (banyak).” (HR Tirmidzi, no 2682).
Ulama merupakan penerus nabi dalam menyampaikan risalah Islam kepada manusia. Mereka mengikuti jejak Rasulullah SAW, berdakwah demi tegaknya agama Allah. Para ulama menempuh jalan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, Muhammad SAW. Teguh dan sabar dalam perjuangan mencerdaskan umat.
Dengan ilmu yang dimiliki, ulama sebagai tempat rujukan umat untuk bertanya segala hal. Menjelaskan tentang syariat Islam yang belum dipahami umat. Ulama laksana pelita yang menerangi kegelapan. Cahaya ilmunya memberikan terang yang sempurna bagi kehidupan umat manusia. Ulama mendapatkan ilmu yang diwariskan dari Rasulullah, yang tak lain adalah bersumber dari Allah, Sang Khaliq.
Ulama, para pewaris nabi, selalu mengajarkan al-Qur’an dan as-Sunnah kepada umat. Mereka menjelaskan tentang perintah dan larangan Allah yang termaktub di dalamnya. Menyampaikan kabar gembira dan peringatan dari Allah bagi manusia. Mereka juga terus mengingatkan umat agar menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pegangan agar tak tersesat dalam menjalani kehidupan.
Para ulama juga senantiasa bekerja membersihkan masyarakat dari kekufuran dan kemaksiatan. Menjauhkan umat dari segala pemikiran sesat dan menyesatkan. Menjelaskan pada umat tentang bahaya pemikiran kufur seperti sekulerisme, kapitalisme, liberalisme, pluralism, komunisme, HAM, dan lain sebagainya. Bahwa segala pemikiran kufur itu harus ditinggalkan dan hanya Islam yang harusnya mewarnai kehidupan muslim.
Ulama menjadi pelopor perjuangan tegaknya syariat Islam. Mereka yang menyerukan penerapan Islam kaffah dalam kehidupan.Ulama yang lurus gigih berjuang agar hukum-hukum Allah bisa diterapkan di tengah masyarakat.
Ulama sejati hanya menyampaikan apa yang menjadi perintah dan larangan Allah. Mereka pantang menjual ayat-ayat Allah demi menyenangkan penguasa bodoh nan dzalim. Mereka tak mau menggadaikan akhirat demi sejumput duniawi. Mereka menjadi teladan bagi umat dalam perjuangan dakwah Islam.Mereka-lah yang berada di garda terdepan perjuangan menegakkan kalimat Allah.
Mereka tak takut dengan segala konsekuensi dari mengatakan kebenaran di hadapan penguasa dzalim. Mereka tak gentar meski harus menghadapi berbagai ancaman, terror, fitnah, penyiksaan dan berbagai kesulitan hidup yang dilakukan oleh para pembenci Islam. Mereka tetap teguh di tengah terpaan makar manusia kufur dan antek-anteknya yang mencoba menghentikan langkah-langkah mereka dalam dakwah Islam kaffah.
Ulama sejati hanya takut kepada Allah saja. Karena itulah segala bentuk hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan dalam perjuangan menegakkan kalimatNya tak menyurutkan langkah mereka. Mereka tegar menghadapi ujian dan cobaan dengan terus bertakwa kepada Allah.
Ulama, pewaris nabi hanya bekerja karena Allah semata. Setiap yang mereka lakukan adalah ikhlas karena Allah Ta’ala. Hanya ridho Allah yang menjadi tujuan, bukan harta, tahta maupun pujian dan popularitas dari manusia.
Ulama seperti inilah yang harus kita jaga. Karena menjaga ulama berarti menjaga cahaya dalam kehidupan untuk terus menyala di tengah-tengah umat.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Perumpamaan ulama di muka bumi ini laksana bintang di langit; dijadikan petunjuk jalan di kegelapan daratan dan lautan. Jika bintang tenggelam orang yang berjalan hampir tersesat” (HR Ahmad).
Sungguh benar bahwa ulama sangat penting keberadaannya di tengah umat. Laksana pelita di kegelapan malam, jika ia tiada, maka gulita akan menerpa. Karena itulah mari jaga ulama-ulama kita yang lurus, agar bisa terus memberikan cahaya ilmu dan semangatnya untuk berjuang di kancah kehidupan yang kian sekuler liberal ini.
Muliakan ulama-ulama kita yang tetap teguh di jalanNya. Dengan mengikuti apa yang mereka serukan adalah cara kita menjaga dan memuliakan para ulama. Patuh dan taat pada perkataan mereka yang bersumber dari ayat-ayat Allah. Menjaganya dari pihak-pihak yang mengancam secara fisik maupun psikis dan pemikiran.
Menjaga ulama sejatinya menjaga warisan nabi. Karena bukan harta yang Rasulullah tinggalkan, melainkan ilmu yang diwariskan kepada para ulama. Yang dengan itu, maka jalan manusia akan terus terterangi. Berjalan di jalan yang lurus menurut petunjukNya.
Wallahu ‘alam bish-shawab.
(*/arrahmah.com)