RAFAH (Arrahmah.com) – Otoritas boneka Mesir tengah melancarkan kampanye untuk menutup seluruh terowongan yang selama ini digunakan oleh warga Palestina di Jalur Gaza yang diblokade untuk menyelundupkan kebutuhan pokok yang mereka dapat dari wilayah Mesir.
Jaringan terowongan telah menjadi sangat penting bagi warga Gaza sejak negara penjajah Yahudi memberlakukan blokade darat, laut dan udara di Jalur Gaza selama lebih dari tujuh tahun.
Setidaknya 10.000 warga Palestina diyakini bekerja di bisnis terowongan.
Abu Bilal, mengatakan kepada Reuters bahwa ia telah memindahkan semen dan kerikil melalui terowongan selama empat tahun terakhir. Ia mengatakan Mesir telah membanjiri terowongan tempatnya biasa mengais rejeki dalam dua minggu terakhir. Setiap kali para pekerja berusaha memompa air keluar, tentara boneka Mesir membuka kembali keran air dan membanjiri terowongan tersebut, ujarnya.
“Banyak rekan saya dan saya takut kehilangan pekerjaan jika mereka terus melakukannya,” tambah Abu Bilal (30).
Berpenghasilan sebanyak 50 shekel (14 USD) per hari, Abu Bilal mengatakan karena banjir, ia hanya bekerja selama dua hari dalam dua minggu terakhir.
“Kami memiliki ketakutan ganda, kami takut mati dalam banjir mendadak dan kami takut kelaparan jika kehilangan pekerjaan karena tindakan keras Mesir,” ungkapnya.
Jika ia kehilangan pekerjaannya di terowongan, harapannya untuk menemukan pekerjaan lain di Jalur Gaza akan sangat sulit di mana tingkat pengangguran terus melonjak.
Bekerja di dalam terowongan merupakan pekerjaan yang sarat bahaya. Hussam Haweyla, seorang pekerja terowongan mengingat, tiga tahun lalu ketika ia menggali terowongan dan terjebak. Para pekerja mendengar suara ledakan sebelum air kotor membanjiri terowongan.
“Lampu mati dan terowongan menjadi gelap, dingin, bau dan mengerikan,” ujarnya yang telah menyelundupkan banyak barang mulai dari biskuit sampai ceret ke Jalur Gaza.
Rekan-rekannya berlari untuk menyelamatkan diri ke luar terowongan tetapi dia berhenti dan memeriksa seorang temannya yang masih berada di dalam.
“Aku berjalan ke arahnya dan yang kuingat aku telah menyentuh tangannya, aku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu. Ketika terbangun aku telah berada di rumah sakit,” ujar Haweyla (31) warga di kamp pengungsi Jabalya di Gaza utara.
“Teman saya meninggal,” lanjutnya.
Pemilik terowongan membayar sekitar 10.000 sampai 12.000 USD untuk keluarga pekerja yang tewas saat bekerja. Kompensasi diatur oleh lembaga terowongan pemerintahan Hamas yang mengawasi pekerjaan di perbatasan.
Dalam upaya untuk melindungi para pekerja terowongan dari reruntuhan, beberapa pemilik telah mulai membangun koridor semen. Tetapi tidak jelas apakah hal itu akan kuat menahan pengeboman oleh tentara Zionis. (haninmazaya/arrahmah.com)