Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Kekayaan alamnya melimpah ruah. Tanahnya subur dipenuhi aneka hayati, demikian pula lautnya. Di dalam perutnya tersimpan berbagai barang tambang berharga, seperti minyak, gas, perak, emas, tembaga, nikel, batu bara, dan lain-lain. Bahkan tambang emas di Papua merupakan tambang terbesar di dunia. Terbesar luas areanya, dan terbesar pula produksi per tahunnya.
Namun sungguh ironis, melimpahnya kekayaan alam tersebut tidak membuat penduduk negeri ini hidup makmur dan sejahtera. Sebaliknya, masih banyak di antara mereka hidupnya di bawah garis kemiskinan. Bangsa ini sudah sarat dengan berbagai masalah yang tak kunjung usai, termasuk permasalahan beban hutang yang besar dan terus meningkat jumlahnya setiap tahunnya.
Indonesia adalah negara penghutang dengan jumlah ribuan triliun, dengan jumlah hutang yang besar seperti itu, malah memberikan pinjaman pada IMF. Bank Indonesia bersama Pemerintah telah melakukan koordinasi kerjasama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dengan memberikan pinjaman senilai U$S 1 Miliar dengan alasan guna menyehatkan likuiditas IMF.
Pemberian pinjaman pada IMF sangat ironis, sungguh kontradiksi dengan kondisi ekonomi bangsa ini. Pemerintah begitu perhitungan/pelit mengaku kekurangan dana kalau untuk urusan mensubsidi kebutuhan rakyatnya, sehingga dengan teganya mencabut segala macam subsidi demi penghematan devisa. Minimnya pembangunan infrastruktur, minimnya lapangan pekerjaan sehingga semakin banyaknya pengangguran.
Sistem ekonomi yang diterapkan pada bangsa ini belum memberikan keadilan bagi semua. Kekayaan alam hanya dinikmati oleh segelintir orang yang notabene adalah orang-orang kaya di Indonesia. Keberhasilan ekonomi yang selama ini didengungkan hanya ekonomi makro berupa angka-angka. Yang anehnya rakyat tidak paham pencapaian ekonomi yang diinginkan pemerintah. Mengingat rakyat masih merasakan kepahitan hidup dan kesulitan ekonomi. Padahal Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia sedemikian melimpah. Baik Sumber Daya Alam yang terkandung di daratan maupan di perairan.
Jika bangsa ini mandiri, tidak akan tunduk pada kepentingan asing yang jelas-jelas tidak menguntungkan rakyat sedikitpun. Bangsa ini tidak akan menjadi bangsa yang besar, maju, dan mandiri selama membebek pada pihak asing. Kondisi ini tidak akan terjadi jika bangsa ini memiliki kekuatan independen, baik dari sisi idiologi, politik, ekonomi, keamanan, dll.
Sebagai bangsa yang mayoritas muslim wajar jika warganya menerapkan Idiologi Islam yang dijadikan landasan dalam membangun bangsa yang besar dan mandiri sehingga rakyatnya sejahtera di segala aspek kehidupan. Wallahu’Alam bis Showab
(arrahmah.com)