Oleh Umar syarifudin (pengamat politik internasional)
(Arrahmah.com) – Amerika Serikat hari ini masih menyandang status superpower walau berada diambang kejatuhannya. Setiap hari terungkap sejauh mana kejahatannya. AS telah menyokong para penguasa anteknya selama bertahun-tahun tanpa peduli dengan kezaliman, perampokan dan pembunuhan yang dilakukan para penguasa itu terhadap kaum Muslim.
Tak bisa dipungkiri produk yang dijajakan ialah kapitalisme AS dengan berbagai format dan model. Barat dan rezim-rezim berkuasa berupaya memalingkan kaum Muslim dari berpikir tentang tatacara dan metode perubahan yang benar. dan Anda melihat media massa memfokuskan terhadap ide-ide demokrasi dan slogan-slogan nasionalisme. Melalui reformasi, demokratisasi, HAM, transparansi, sekulerisasi dan berapa “isasi-sasi” lainnya demi perut sang kapitalis. Ia menyemai nilai-nlai “keamerikaan” via budaya, seni, gaya hidup, iklim politik dan sebagainya melalui media-media serta berbagai cara.
Partai Demokrat maupun Republik sejatinya menjalankan misi yang sama yaitu menciptakan hegemoni global Amerika untuk mendirikan : satu pemerintahan global dibawah kendali AS (One World Government) – satu nilai tukar global yaitu US dollar – dan satu ajaran (agama) tunggal yakni sekuler universal. Di negeri-negeri muslim, Barat menggunakan cara pergantian wajah penguasa untuk mengelabui kaum Muslim dan untuk menjaga rezim-rezim yang tunduk kepadanya. Sangat memalukan jika pemerintahan Muslim, termasuk mereka yang menikmati pelecehan dan penundukan dari AS, begitu bersemangat untuk merangkul sistem sekuler liberal yang cacat secara intelektual dan miskin moral ini.
Amerika yang berupaya memasarkan dan menyebarkan demokrasi itu dibawah slogan-slogan kafir seperti liberalisme dan hak asasi manusia. Karena itu, hasil-hasil demokrasi tersebut tidak akan pernah mendatangkan sesuatu kepada kaum muslim kecuali berbagai musibah, kesengsaraan dan ketidakadilan. Lebih-lebih berbagai hasil eksperimen demokrasi itu tidak menyelesaikan satupun masalah kaum muslim secara benar dan mendasar. Agresi Amerika ke Irak tahun 2003 dan janji Amerika mensubstitusi (rezim Saddam) dengan demokrasi di Irak tidak lain merupakan contoh yang jelas untuk itu. Karena Amerika tidak mendatangkan kecuali lautan darah. Tidak ada satu hari pun yang berlalu tanpa ledakan bom. Irak dengan demokrasi yang dihadirkan oleh Amerika tenggelam dalam penjajahan.
Tidak dipungkiiri bahwa kekayaannya AS hasil rampokan, terutama rampasan Perang Dunia ll (kedua). Maka AS seringkali dijuluki “negara perampok”. Sedangkan kekayaan lainnya bersumber dari berbagai bisnis properti (hotel, hyper/super market dsb), usaha jenis makanan dan minuman khas Amerika, tambang emas, minyak dan gas bumi di negeri boneka dan jajahan baik di Asia termasuk di Timur Tengah dan di Afrika. Tak kalah penting ialah money loundry yaitu penggandaan seri-seri dollar yang ditebarkan pada berbagai belahan bumi dengan kualitas “bodong”. Asli tetapi palsu. Ia memiliki aset materi dan non materi. Aset non materi seperti pola pemikiran yang mendewakan logika. Westernisasi merasuk pada life style komunitas negara lain di berbagai dimensi berlabel “American Minded”.
Mesin pundi-pundi berikutnya adalah jaringan berbagai media cetak, elektronik, atau industri layar lebar dikuasai. Disamping sebagai alat promosi teknologi perang, juga sarana membuat stigma “keheroikan Amerika”. Makanya film-film sekelas Rocky, Rambo dst dibuat berseri guna membakar jiwa warganya yang merasa sebagai bangsa champions di muka bumi, tetapi sekaligus menutupi kegagalan invasi militernya di beberapa negara.
AS membentuk “tim khusus”. Jago lobi-lobi dan punya daya tawar tinggi terhadap lingkungan global. Contohnya American-Isarel Public Affair Committee (AIPAC), American-Jewish Committee (AJC), kelompok Neo-Kons/kaum Hawkish, dan Privat Military Company (PMC) terutama PMC Halliburton, Vinnel Company, DynCorp serta Blackwater Security yang berperan significant saat Bush Jr berkuasa. Suburnya PMC bermula dari rasionalisasi separuh personel militer, oleh karena usai perang dingin AS menganggap tidak ada lagi musuh yang nyata. Para ex serdadu ditampung oleh PMC-PMC dengan cover kontraktor militer, tetapi sesungguhnya mereka ialah para tentara bayaran.
Itulah Amerika Serikat, serigala berbulu domba. AS sejauh ini aman dari hukuman ata berbagai tindak kriminalnya, maka itulah seburuk-buruk tabiat. Hegemoni AS dari Indonesia harus dicabut. Indonesia sebenarnya memiliki daya tawar yang kuat karena berbagai faktor; letak geopolitisnya yang amat strategis dan sumberdaya manusia yang banyak serta sumberdaya alamnya yang luar biasa. Seandainya saja para penguasa di negeri ini masih memiliki izzah sebagai seorang muslim untuk mempertahankan kehormatan dien-nya, pasti Allah akan memuliakan dan mengokohkan kedudukan mereka.
AS telah menduduki negeri-negeri kita, menjarah kekayaan kita, membunuh anak-anak kita, dan merusak kehormatan kaum perempuan, serta merendahkan agama kita. Bagi kita -umat Islam-, telah tampak jelas solusi mendasar bagi permasalahan-permasalahan bahkan permasalahan seluruh dunia, dan bahwa perubahan yang benar bagi kondisi kaum Muslim dari berbagai perangkap jahat Amerika Serikat dan Negara-negara imperialis lainnya adalah dengan mewujudkan daulah Khilafah yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Khilafah adalah satu-satunya sistem yang mampu mendatangkan kebahagiaan, keadilan dan rahmat bagi umat manusia seluruhnya. Bagaimana tidak, Khilafah adalah sistem yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka bergegaslah wahai kaum Muslim untuk berjuang sungguh-sungguh mewujudkan negara baru ini yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kaum Muslim. Khilafah telah tiba waktunya.
(*/arrahmah.com)