(Arrahmah.com) – Dalam perjalanan kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabatnya yang setia menemani beliau, baik di kala suka maupun duka, beliau dan para sahabatnya telah melalui banyak peperangan. Peperangan yang memberikan kemenangan atas kesabaran dan ketaatan mereka terhadap komando Rasulullah, atau kekalahan sebagai pengajaran dari Allah untuk mereka, ada juga peperangan di mana kaum muslimin hampir mengalami kekalahan.
Sebuah perang pernah terjadi pada tahun ke 8 hijriah, yaitu pasca pembebasan kota Mekkah. Ibnu Ishaq berkata,:”pembebasan Mekkah terjadi pada tanggal 20 ramadhan tahun ke 8 hijriah.”(Sirah Nabawiyyah, karya Ibn Ishaq, Hal 659). Di kala itu jumlah pasukan kaum muslimin unggul dibanding jumlah pasukan kaum musyrikin. Di antara pasukan kaum muslimin ada yang merasa berbangga diri dan merasa sangat yakin bahwa kemenangan akan berpihak kepada mereka. Akan tetapi, di luar dugaan, kaum muslimin pada saat itu berhasil dipukul mundur oleh pasukan musuh yang sebelumnya bersembunyi di balik gunung. Jika bukan karena pertolongan Allah ‘azza wa jalla kemudian kekokohan hati rasulullah serta beberapa sahabatnya yang memilih bertahan, niscaya kaum muslimin pada saat itu akan kalah. Perang ini kemudian dikenal dengan perang hunain. Dan karena kejadian inilah, Allah menurunkan firmanNya sebagai teguran dan peringatan bagi kaum muslimin bahwa tidaklah datang pertolongan itu kecuali dari Allah subhanahu wata’ala.
Allah berfirman,:
لَقَدۡ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٖ وَيَوۡمَ حُنَيۡنٍ إِذۡ أَعۡجَبَتۡكُمۡ كَثۡرَتُكُمۡ فَلَمۡ تُغۡنِ عَنكُمۡ شَيۡٔٗا وَضَاقَتۡ عَلَيۡكُمُ ٱلۡأَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ ثُمَّ وَلَّيۡتُم مُّدۡبِرِينَ ٢٥ ثُمَّ أَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَأَنزَلَ جُنُودٗا لَّمۡ تَرَوۡهَا وَعَذَّبَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ وَذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٦
Artinya,: ”(25) Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (26) Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.”(Q.S At-Taubah: 25-26).
Dalam kisah ini kita menemukan bahwa orang-orang mulia yang hidup sezaman dengan manusia terbaik kala itu, yang bahkan tumbuh dalam lingkaran tarbiyah sang nabi pun tak luput dari penyakit ‘ujub ‘bangga diri’, lantas bagaimana dengan generasi kita, generasi yang hidup jauh setelah generasi terbaik itu?!
Sungguh penyakit ‘ujub adalah penyakit yang sangat berbahaya, ia tidak hanya menjangkiti hati orang-orang awam saja, bahkan mereka yang berilmu, memiliki jabatan serta ibadah yang banyak lebih rentan terkena penyakit ini, kecuali mereka-mereka yang selalu berusaha menjaga kesucian hatinya serta menjaga kejujurannya kepada Allah. Ibn Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,:” Sesungguhnya perkara yang membinasakan itu adalah sifat putus asa dan berbangga diri.” (Al Bahr al raiq fi al zuhd wa al raqaiq, hal.152).
Sifat ‘ujub atau bangga diri ini sangatlah berbahaya. Ia merupakan sifat yang bisa merusak kehidupan seorang hamba, baik kehidupan dunianya maupun akhiratnya. Dan jika penyakit ‘ujub ini tidak segera diobati maka akan melahirkan sifa-sifat tercela lainnya yang jauh lebih merusak seperti sifat al kibr atau sifat sombong.
Selain itu, ‘ujub juga akan membuat seseorang yang dijangkitinya menjadi semakin malas dalam beribadah karena ia akan membesar-besarkan ibadahnya yang kecil, serta menganggap remeh dosa-dosanya.
Orang yang memliki penyakit ‘ujub ini akan sulit berbicara dengan hatinya perihal taubat, ia lebih sering mengagung-agungkan amalannya bahkan lupa bahwa segala kebaikan, kemudahan beribadah tidak lain adalah taufik dari Allah. Sehingga, karena bahaya yang luar biasa merusak dari penyakit ini, maka sudah kewajiban bagi seorang hamba yang merasa terjangkiti racun hati yang merusak ini untuk berusaha mencari penawarnya, bahkan orang yang merasa jauh dari penyakit ini sangat perlu mengetahuinya sebagai bentuk pencegahan.
Dalam penggalan sebuah hadits, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,:
ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻣُﻬْﻠِﻜَﺎﺕٌ : ﺷُﺢٌّ ﻣُﻄَﺎﻉٌ ﻭَﻫَﻮًﻯ ﻣُﺘَّﺒَﻊٌ ﻭَﺇِﻋْﺠَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ
Artinya,:”Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan) dan (3) ujub (takjub pada diri sendiri).” (Silsilah Al Shahihah, karya Al Albani, No. hadits: 1802: hadits hasan).
Adapun beberapa obat untuk penyakit ‘ujub yang sangat berbahaya ini, di antaranya adalah:
Pertama, Jika kita hendak mengobati sebuah penyakit maka yang pertama kali kita lakukan adalah mencari tahu penyebabnya kemudian menghilangkan penyebabnya itu. Sumber dari penyakit ini tidak lain kecuali karena sifat jahil yang ada dalam diri manusia. Yaitu ketidaktahuan seorang hamba atas kadar dan kedudukan dirinya serta kejahilannya terhadap kedudukan Rabbnya. Sehingga obat pertama untuk penyakit ini adalah dengan ilmu. Entah karena bangga terhadap harta, nasab, bahkan ilmu yang dimilki oleh seseorang, maka ia hanya harus tahu bahwa segala kebaikan-kebaikan yang ia peroleh itu adalah pemberian dari Allah yang Maha Kaya dan Maha Pemurah.
Allah berfirman,:
مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٖ فَمِن نَّفۡسِكَۚ وَأَرۡسَلۡنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولٗاۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدٗا ٧٩
Artinya,:”Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (Q.S An-Nisa : 79)
Kedua, adalah dengan memperbanyak berdzikir kepada Allah, karena hanya dengan banyak berdzikir kepada Allah, maka hati seorang hamba akan semakin bersih dari penyakit-penyakit hati, serta membuat hatinya semakin lembut.
Allah berfirman,:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
Artinya,:” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-Rad: 28)
Ketiga, Dengan senantiasa mengingat bahaya yang bisa ditimbulkan oleh penyakit ‘ujub ini, baik untuk kehidupan dunia seorang hamba maupun kehidupan akhiratnya. Serta memperbanyak berdo’a kepada Allah agar Allah menjaga kesucian hatinya dari penyakit-penyakit tercela seperti penyakit bangga diri.
Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita ilmu yang bermanfaat, taufik untuk beramal serta menjaga hati-hati kita dari penyakit-penyakit tercela. Fainnahu waliyyu dzalik wal qaadiru ‘alaih. Wallahu ta’ala a’lam
(*/Arrahmah.com)