SAN FRANSISCO (Arrahmah.Com) – Jejaring sosial Facebook telah mencapai 500 juta pengguna. Namun situs ini masih akan menghadapi tantangan berat di masa mendatang. Salah satunya tuntutan terus berinovasi.
Facebook mengumumkan telah memiliki setengah miliar pengguna dari seluruh dunia. Jika itu adalah sebuah negara, maka akan memiliki penduduk terbesar ketiga di dunia.
Satu dari 14 orang di seluruh dunia ada di situs. Facebook sama besarnya dengan gabungan Amerika Serikat dan Brazil. Hanya India serta China, dua pasar web besar yang masih belum dikuasai Facebook.
Semua itu berawal dari kamar asrama Harvard, Mark Zuckerberg di mana Facebook di mulai. Menyangkut film Facebook yang akan muncul, berjudul The Social Network ia mengatakan, “Anda tidak akan mendapatkan 500 juta teman-teman tanpa membuat beberapa musuh.” Film itu sendiri mengungkap beberapa sisi gelap Zuckerberg.
Dalam enam tahun aktif, Facebook banyak tertimpa masalah. Situs ini banyak menghadapi tuntutan hukum, keprihatinan penggunaannya menyangkut pedofil, masalah privasi dan mungkin yang paling krusial adalah keraguan menyangkut keuangan.
Situs ini mengundang pengguna untuk membuat profil, meng-update secara reguler tentang apa yang mereka lakukan dan kemudian menghubungkan profil ke teman-teman mereka.
Tapi teman-teman yang ada di situs itu adalah orang-orang sudah tahu. Lalu mengapa Facebook menjadi kegiatan favorit banyak orang bahkan saat dari bangun hingga akan tidur? Jawabannya, menurut kepala kebijakan perusahaan Facebook Eropa, Richard Allan, bahwa Facebook telah membuat kedalaman bagaimana berhubungan dengan orang.
Facebook mendorong semua orang untuk memamerkan foto-foto dari aktivitas akhir pekan, dan melihat siapa menyukai apa. Jadi, ketika pertemuan di kehidupan nyata, maka tidak terjebak pembicaraan kecil yang konyol.
“Dalam kehidupan nyata, Anda memiliki cukup waktu untuk mempertahankan secara teratur pergi dengan 20-30 orang. Facebook memperluas lingkaran sosial dengan 100 orang yang lain”.
Tapi tetap saja ada sisi gelap dari jejaring sosial. Kontroversi menyeruak baru-baru ini tentang jumlah halaman penghormatan kepada seorang pembunuh bernama Raoul Moat. Sebuah pembunuh baru-baru ini menyimpulkan tentang kaum muda yang menggunakan Facebook harus dilindungi dari orang dewasa yang mungkin menekan mereka.
Jeff Mann, wakil presiden di Gartner menunjukkan bahwa ada sejumlah kecil orang-orang yang benar-benar marah dengan masalah privasi. Akibatnya mereka benar-benar meninggalkan Facebook meskipun mayoritas tetap bertahan, dan merasa situs itu sangat berguna.
Memang, masalah Facebook jatuh ke dalam dua kategori yang sangat berbeda. Yakni yang berasal dari menjadi platform untuk perilaku manusia dalam semua warna yang beragam, dari filantropi ke ilegal. Juga orang-orang yang muncul karena bisnis dan kebutuhan untuk menghasilkan uang serta bertahan hidup.
Facebook masih diragukan dalam hal keuangan, tapi dari iklan sederhana situs ini sekarang semakin menguntungkan, walaupun tidak sebesar Google. Di 2010 pendapatan Facebook diperkirakan US$1,1 miliar.
Walaupun jelas jumlah uang yang cukup besar, namun situs ini menyimpan data-data pribadi penggunanya, termasuk mereka suka atau tidak suka. Informasi ini belum ditambang oleh Facebook. Hanya saja setiap upaya untuk menambang informasi itu akan dihadapkan dengan masalah privasi.
Situs ini baru menjual dalam skala relatif kecil untuk kepentingan komersial misalnya film favorit yang dapat mendorong penggunanya membeli DVD tertentu.
Ray Valdes rekan Mann di Gartner menilai Facebook belum mendapatkan persamaan yang pas perihal monetisasi secara tepat. Tetapi mereka telah membuat langkah nyata dalam beberapa bulan terakhir melalui mata uang virtual, yang disebut Facebook Credit.
Ancaman terbesar bagi masa depan Facebook bukan dari kesulitan menghubungkan orang-orang baru, atau dalam pendaftaran pengguna baru. “Ancaman datang dari apakah Facebook tetap menarik. Facebook perlu terus mengubah dirinya,” imbuh Mann.
“Seperti mereka melakukan dengan mengundang situs lain untuk menggunakan alat Facebook, sehingga orang merasa bahwa mereka bagian dari komunitas dimana pun mereka berada. Melihat apa yang mereka lakukan di game social, saya tidak berpikir mereka sedang menuju jatuh,” katanya. (Suaramedia/arrahmah.com)